Analis asal Inggris, Mark Borkowski berpendapat adanya ketidakpastian dalam karier seorang atlet mnenjadi alasan membuat atlet tersebut mengambil keputusan bergabung dengan OnlyFans.
"Olahraga profesional, dengan segala kemegahannya, masih tidak bisa menawarkan pembiayaan finansial bagi banyak atlet," ujar Borkowski.
Borkowski berpandangan keputusan atlet jadi pegiat konten di OnlyFans adalah langkah cermat karena bisa mengatur penonton sekaligus mendapatkan uang langsung tanpa menunggu sponsor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa sponsor mungkin meragukan, tapi budaya sudah berubah. Skandal sesungguhnya bukan karena atlet bergabung OnlyFans, tapi mereka perlu menjadikannya sebagai pilihan pertama," ucap Borkowski.
Selain itu Borkowski melihat risiko dari keterlibatan atlet dengan OnlyFans. Namun menurutnya, kemungkinan masalah yang didapatkan adalah bagi citra atlet terhadap pandangan publik konservatif.
"Tentu ada risikonya, tapi lebih disebabkan oleh konservatisme dan standar ganda dibandingkan rasa bersalah dari atlet itu sendiri," kata Borkowski.
"Bertahan pada 'kehormatan' berisiko terhadap kemunduran reputasi mereka, ketika olahraga disebut sudah lebih progresif tapi ada pula yang masih sangat konservatif," ia melanjutkan.
Seorang juru bicara OnlyFans menyatakan, pilihan atlet untuk bergabung dengan situsnya demi mendapatkan uang dalam mendukung karier olahraga.
"Atlet profesional di seluruh dunia memilih gabung dengan OnlyFans untuk meraup uang dari konten mereka, sekaligus meningkatkan popularitas di jejaring sosial dan berinteraksi dengan penggemar," ujar si juru bicara.
(ikw/har)