ANALISIS

Patrick Kluivert Bukan Boneka di Timnas Indonesia

Abdul Susila | CNN Indonesia
Minggu, 23 Mar 2025 08:00 WIB
Benarkah Patrick Kluivert hanya boneka di Timnas Indonesia? Sudah ada alat bukti, tetapi itu tak bisa dijadikan sebuah konklusi.
Timnas Indonesia akan menghadapi Bahrain dalam laga yang dibalut aroma dendam. (dok. PSSI)

Duel Timnas Indonesia versus Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Selasa (25/3) malam, bagi suporter bukan sekadar menjaga peluang lolos ke Piala Dunia 2026.

Lebih dari itu. Laga ini sarat gengsi. Hasil pertandingan leg pertama pada 10 Oktober 2024 adalah pemantiknya. Ketika itu peluang menang Indonesia hilang di depan mata.

Narasi, asumsi, persepsi, juga anggapan yang muncul adalah Indonesia dicurangi. Bahrain menyamakan kedudukan pada menit ke-90+9, padahal masa injury time hanya enam menit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai di sini kiranya Kluivert bisa memahami dinamika menjelang laga ini. Mungkin amarah suporter Timnas Indonesia sudah agak mereda, tetapi jangan pancing erupsi lagi.

Satu-satunya cara agar tak ada erupsi di GBK dan goncangan stabilitas di media sosial seusai laga, kalahkan Bahrain. Kemenangan atas Bahrain sama sekali tak bisa ditawar.

Kemenangan akan jadi serum sakit hati. Kalau saat ini Kluivert belum dicintai, inilah saat paling tepat untuk mengambil hati. Bahasa populernya, jadikan malam di GBK jadi malam lailatul qadar. Indah.

Soal bagaimana cara menang melawan Bahrain, Kluivert tentu lebih tahu. Sombongnya, tak ada satu orang pun di Indonesia yang lebih mengerti sepak bola dibanding Kluivert.

Tentu saja ini hiperbola. Saat ini Kluivert bukan siapa-siapa di belantika sepak bola dunia. Sama seperti Indonesia. Indonesia dan Kluivert hanya 'remahan rengginang di kaleng khong guan'.

Banner Testimoni

Namun, seperti kata pepatah "roda berputar", Kluivert bisa mengubah tinta sejarah. Indonesia yang masih dianggap liliput sepak bola, sudah saatnya dilentingkan kastanya.

Dari laga melawan Australia, setidaknya ada dua hal yang bisa diperbaiki Kluivert. Pertama stabilitas agresivitas penyerangan, dan kedua konsistensi pragmatisme pertahanan.

Meminjam bahasa Johan Cruyff, "Kualitas tanpa hasil tidak ada artinya. Hasil tanpa kualitas membosankan." Dan, sejarah menulis, keseimbangan hasil dan kualitas tak pernah hadir dari seorang boneka.



(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER