Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia akan menjamu Bahrain pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. Skuad Garuda sedang mengusung misi balas dendam akibat dua kekecewaan dari laga sebelumnya.
Kekecewaan pertama adalah kalah dari Australia pada Kamis (20/3) lalu. Tampil dengan percaya diri di awal, Indonesia justru kalah 1-5 di akhir laga. Momen debut Patrick Kluivert pun rusak karenanya.
Rasa kecewa kedua akibat hasil imbang 2-2 dalam pertemuan sebelumnya kontra Bahrain pada Oktober lalu. Bukan hanya karena skor, rasa sesak di dada masih terasa karena kebobolan di menit ke-99 dalam periode injury time enam menit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam duel yang akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (25/3) pukul 20.45 WIB itu, wajar jika skuad Garuda tampil dengan amarah yang membuncah.
Indonesia wajib merumput dengan gelora. Sebab, posisi tim asuhan Patrick Kluivert belum aman di klasemen putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Saat ini Indonesia ada di peringkat keempat Grup C dengan enam poin. Di posisi kelima, Bahrain menempel ketat dengan perolehan angka yang sama. Di peringkat keenam atau posisi terakhir, bertengger China dengan poin enam pula. Artinya, Indonesia bisa terjungkal jika tak mengemas poin penuh.
Tekad merebut kemenangan pun bukan angan-angan. Berkaca dari rekor pertemuan, Indonesia punya catatan yang tak terlalu buruk. Dari delapan pertemuan, ada dua kemenangan yang dipetik tim Merah Putih. Ada tiga hasil imbang dan tiga kekalahan yang menyertai.
Indonesia dan Bahrain tercatat sudah bersua dua kali di SUGBK. Satu kemenangan dan satu kali kalah jadi catatan yang tak terpisahkan dari kedua kubu. Akankah memori manis menang 2-1 atas Bahrain di Piala Asia 2007 kembali terulang?
Atau justru kalah 0-2 seperti di Kualifikasi Piala Dunia 2014 pada 2011 lalu yang terjadi lagi? Pasalnya, dua pencetak gol pada laga 14 tahun lalu itu, Sayed Dhiya Saeeed dan Ismail Abdullatif masih ada di skuad Bahrain saat ini. Kedua pemain itu bisa berbagi pengalaman tentang berhadapan dengan Indonesia.
Sedangkan Indonesia kini sudah berganti generasi. Semestinya penyegaran membawa hasil yang lebih segar pula. Mampukah Kluivert memimpin tim merebut kemenangan kali ini?
Bersambung ke halaman berikutnya...
Patrick Kluivert wajib mengambil pelajaran penting dari kekalahan Indonesia lawan Australia. Komposisi pemain jadi salah satu aspek yang mesti diperhatikan. Rotasi jadi hal mutlak lawan Bahrain.
Tentu tidak perlu rotasi besar-besaran yang dimaksud, melainkan pemain potensial untuk jadi pembeda di tengah laga. Ada dua pemain yang layak mendapat jam terbang lebih pantas.
Nama pertama adalah Rizky Ridho. Bek 23 tahun itu hanya merumput 24 menit. Itu pun mengisi posisi Sandy Walsh yang cedera meski baru merumput sebagai pemain pengganti.
Lalu nama kedua adalah Eliano Reijnders. Meski kurang menjanjikan saat tampil lawan China pada Oktober 2024 lalu, pemain 24 tahun itu menghadirkan penampilan impresif kontra Australia. Kemampuan dribble, visi, dan tusukan Eliano beberapa kali membahayakan pertahanan lawan.
Dalam catatan Sofascore, Eliano mencatat dua kali umpan ke dalam kotak penalti. Ada satu dribble sukses, dan dua kali menang langsung dalam duel langsung dengan pemain lawan. Kehadirannya membuat build up serangan dari sisi kanan lebih hidup.
Sementara Rizky Ridho yang bermain lebih singkat, membukukan satu kali sapuan dan satu kali duel udara yang dimenangkan. Ridho layak jadi starter mengingat dua bek yakni Mees Hilgers dan Sandy Walsh sedang cedera.
Lalu di lini tengah, tak ada salahnya bagi Kluivert untuk memainkan Joey Pelupessy dan duet bersama Thom Haye. Berkaca dari laga kontra Australia, sektor ini mudah dieksploitasi oleh lawan yang berhasil mencari celah lewat skema serangan balik.
Nathan Tjoe-A-On yang jadi tandem Thom Haye lawan Australia sebenarnya tidak tampil buruk. Hanya saja, pemain 24 tahun itu tercatat tujuh kali kehilangan bola. Tugasnya sebagai 'penyapu' di lapangan juga tak maksimal, terlihat dari nihilnya sapuan, intersep, dan blok.
Singkatnya, Kluivert perlu mengubah komposisi sesuai dengan kebutuhan tim. Pun halnya dengan gaya bermain yang terbukti tak efisien di laga sebelumnya.
Mengutamakan penguasaan bola hingga 61 persen dan jumlah operan yang lebih tinggi berbuah kontradiksi. Sebab Australia main lebih efektif dengan peluang dan jumlah gol yang lebih banyak.
Kluivert perlu menyesuaikan pendekatan terhadap pemain yang sedang ditanganinya, baik dari komposisi maupun strategi. Niscaya kemenangan bakal digenggam Indonesia.
[Gambas:Video CNN]