Selepas laga, saat jumpa pers, Patrick Kluivert mengaku mulai mengenal skuad Timnas Indonesia. Mungkin, karena ini ada perubahan strategi.
Ketika tandang ke markas Socceroos, Kluivert memakai formasi empat bek. Komposisinya, Kevin Diks di kanan, Mees Hilgers dan Jay Idzes di tengah, dan Calvin Verdonk di kiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya kalah telak 1-5. Saat menjamu Bahrain, Kluivert memakai 'setelan pabrik' tiga bek dengan komposisi: Rizky Ridho, Idzes, dan Justin Hubner.
Trio ini tampil solid. Nyaris tak ada kesalahan antisipasi dan komunikasi. Diks yang dikembalikan ke kanan juga atraktif. Sisi kanan jadi andalan serangan.
Keputusan Kluivert memakai tiga bek sejak menit pertama jelas sebuah kemajuan. Sebelumnya, banyak analisis menyebut pria Belanda ini tak akan pakai formasi tiga bek.
Dengan tiga bek, Indonesia kalah penguasaan bola atau ball possession. Ini kontras dengan laga melawan Australia, menang permainan namun kalah secara hasil.
Mungkin ini yang dinamakan pragmatis. Pelatih bisa disebut cerdik jika memainkan strategi yang sesuai dengan kekuatan tim, bukan sekadar ideologi atau falsafah.
Ini bukan hanya soal main indah. Solid bertahan juga seni. Seperti tinju, yang menang adalah, hit don't be hit atau pukul jangan terpukul. Cetak gol, jangan kebobolan.
Pengakuan Kluivert sama mulai mengenal pemain juga terlihat dari keputusannya memainkan Ricky Kambuaya dan Ramadhan Sananta. Kendati main singkat, ini dobrakan.
Dengan identifikasi yang tepat, kecermatan mengenal individu pemain, bukan tidak mungkin Juni nanti, saat melawan China dan Jepang, akan ada kejutan lagi.
Bak prinsip Nahdlatul Ulama, 'al-muhafadhotu ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah', Kluivert kiranya tak anti hal-hal lawas dan terus berevolusi dengan substansi.
(har)