Jakarta, CNN Indonesia --
Barcelona mungkin lebih diunggulkan pada leg pertama babak semifinal Liga Champions tetapi Inter Milan punya modal bagus untuk membuat kejutan.
Menjelang pertandingan di Stadion Olimpiade Lluis Companys pada Rabu (30/4) atau Kamis (1/5) dini hari WIB ini, Inter tercatat sebagai tim dengan clean sheet paling tinggi, delapan kali.
Tim asuhan Simone Inzaghi ini juga berhasil menyingkirkan raksasa Jerman, Bayern Munchen, pada babak delapan besar. Padahal, sebelum duel ini, Inter Milan disepelekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, situasi hampir sama. Nerazzurri, julukan Inter, diyakini akan dibantai Barcelona. Apalagi Inter baru ditumpas rekan sekota, AC Milan, pada babak semifinal Copa Italia 2024/2025.
Opta, organisasi statistik dari Inggris, menyebut peluang Inter menang atas Barcelona hanya 22,5 persen. Pada saat yang sama Blaugrana diprediksi menang dengan persentase 55,2 persen.
Apa yang membuat Inter dipandang sebelah mata? Pertama, Barcelona tidak pernah kalah dari Inter dalam enam pertandingan kandang di pentas Liga Champions Eropa.
Kedua, skuad Barcelona musim ini lebih menjanjikan. Dan ketiga, pelatih Barca, Hansi Flick, punya sejarah manis membawa Bayern Munchen juara Liga Champions Eropa 2019/2020.
Namun, Inter juga tak terkalahkan dalam dua pertemuan terakhir melawan Barca. Itu terjadi pada musim 2022/2023. Ketika itu Inter bisa menahan 3-3 saat tandang dan menang 1-0 di kandang.
Yang jadi soal, Inter hanya menang sekali dalam lima laga terakhirnya. Lautaro Martinez dan kawan-kawan takluk dalam tiga laga terakhir melawan AS Roma, AC Milan, dan Bologna.
Tentu saja tiga pertandingan ini tak bisa menjadi ukuran, tetapi mengindikasikan sesuatu. Seperti ada kondisi yang membuat Inter seperti 'kehabisan bensin' di akhir musim ini.
Dan, pertandingan melawan Barcelona bisa menjadi titik kebangkitan. Jika membawa pulang angka dari Catalan, bukan tidak mungkin Inter bisa tampil garang di sisa laga Serie A 2024/2025.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Asa Barcelona untuk meraih kejayaan Liga Champions selepas era Lionel Messi kini terhalang absennya Robert Lewandowski. Pemain internasional Polandia ini cedera hamstring.
Kabar baiknya, Hansi Flick berhasil memompa performa Ferran Torres. Bersama Lamine Yamal dan Raphinha, Torres tampil meyakinkan saat menumpas Real Madrid di Copa del Ray.
Ia mencetak satu gol penyeimbang ke gawang Madrid. Satu gol ini jelas jadi modal kepercayaan diri. Jika Madrid saja bisa ditumpas, apalagi Inter Milan. Begitu kira-kira sudut pandangnya.
Kombinasi Raphinha dan Yamal juga garang pada musim ini. Keduanya jadi pasangan paling subur dalam urusan mencetak gol dan menyumbang assist dari 15 pasangan tim di Liga Champions.
Total keterlibatan Raphinha dalam gol sebanyak 51 kali di semua kompetisi musim ini (30 gol, 21 assist). Ia hanya kalah dari Mohamed Salah dari Liverpool (33 gol, 23 assist).
Namun, pertahanan Inter sangat kukuh pada musim ini. Opta mencatat, Inter hanya 10 menit 54 detik berada dalam situasi tertinggal dalam pertandingan di Liga Champions musim ini.
[Gambas:Photo CNN]
Kombinasi Federico Dimarco, Henrikh Mkhitaryan, Hakan Calhanoglu, Nicolo Barella, dan Matteo Darmian sebagai penentu ritme Inter juga sangat solid. Lima pemain ini bisa bertransformasi cepat dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya.
Dalam situasi serangan balik, Barella bisa menjadi momok. Ia memiliki rata-rata 7,1 umpan progresif per 90 menit di Liga Champions musim ini, terbanyak dari semua pemain lainnya.
Itu mengapa Lautaro Martinez dan bisa menjelma jadi striker tajam. Bisa dibilang, serangan balik Inter, adalah yang paling mematikan di Eropa pada musim ini.
Yang merugikan Inter dan tentu saja membuat Barca senang, penyerang Marcus Thuram masih belum pulih dari cedera. Begitu juga dengan Benjamin Pavard yang kondisinya merugikan.
Bisakah Barcelona asuhan Flick menemukan celah dalam sistem catenaccio Inter? Jika tidak, mimpi trebel winner Barcelona pada musim ini akan dipadamkan Inter Milan.
[Gambas:Video CNN]