Akhirnya, setelah setiap agenda Timnas Indonesia selalu ada pemain naturalisasi baru, kali ini bersih. PSSI menunda proses naturalisasi skuad Garuda.
Ini kabar gembira. Begi pelatih, hadirnya pemain baru dengan kualitas mumpuni selalu memberi angin segar. Namun, sering juga ada kendala yang membuat permainan tak lancar.
Chemistry antarpemain biasanya jadi biang kerok. Pemain yang baru datang tak bisa langsung nyetel atau faham gaya bermain rekannya. Kendati sering disangkal, ini fakta nyata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Patrick Kluivert tak berhadapan dengan situasi tersebut. Saat ini tak ada pemain baru yang harus berkenalan dengan kultur sepak bola serta budaya sebuah bangsa yang baru.
Dan, urusan chemistry ini selalu terkorelasi dengan jantung. Ia yang memompa denyut permainan atau menjadi penyambung antarlini permainan di atas lapangan.
Mereka ini: Thom Haye, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, Ricky Kambuaya, dan Joey Pelupessy kiranya jadi penyambung lidah permainan Timnas Indonesia ala Kluivert.
Haye, yang disebut 'profesor' tentu saja jadi poros utama. Visi bermainnya paling menonjol dan didukung umpan panjang akurat. Mata Haye jeli melihat situasi permainan kawan dan lawan.
Mungkin belum ada pemain yang kualitasnya setara Haye, tetapi bakat yang lain tak kalah menjanjikan. Pendekatan gelandang lainnya sangat berbeda dengan gaya Haye.
Dalam situasi ini, dibutuhkan gelandang 'perusak' pendamping yang tak kalah cerdik. Untuk saat ini sosok yang tampak ideal mendampingi Haye adalah Pelupessy, meski baru bermain sekali.
Satu yang pasti, China akan bermain menunggu. Mereka akan menumpuk pemain di tengah dan belakang. Sambil main sabar, mereka akan mencari titik lemah serangan balik.
Karenanya Timnas Indonesia tak boleh terpancing. Pemain kaya pengalaman sangat dibutuhkan untuk mengendalikan situasi. Kabar baiknya, lini tengah Indonesia penuh bakat.