ANALISIS

Bayangan Hitam Debut Emil dan Ego Putih Timnas Indonesia

Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 04 Jun 2025 07:26 WIB
Dalam lima tahun terakhir, enam kiper debut di Timnas Indonesia, yang artinya Emil Audero bakal jadi yang ketujuh jika tampil melawan China, Kamis (5/6).
Timnas Indonesia butuh penampilan solid untuk menaklukkan China. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)

Sebelum dan sesudah kekalahan dari China pada Oktober tahun lalu, ada isu egosentrisme di antara pemain Timnas Indonesia. Dua kutub gaya beradu busung dada.

Kini, isu itu telah redup. Harmonisme tampak terbangun. Foto dan penggalan video selama sepekan pemusatan latihan di Bali memperlihatkan adanya chemistry. Semoga itu bukan ilusi.

Dalam kamus psikologi, ego merupakan sifat bawaan individu; kepribadian. Setiap orang punya ego. Apalagi atlet. Mereka punya ego yang besar. Itulah musuh utama mereka. Diri sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perihal ego ini perlu jadi catatan menjelang laga melawan China. Jika diabaikan dan dibiarkan, ia bisa menjadi benalu. Dampaknya, permainan Timnas jadi kurang maksimal.

Untuk laga kali ini, kualitas pemain Indonesia wajar saja disebut lebih baik, tetapi kolektivitasnya belum tentu. China mungkin berisi kumpulan pemain biasa saja, tapi bisa jadi lebih solid.

Bagaimana konsep permainan Indonesia saat dibantai Australia dan seperti apa pragmatisme Kluivert saat menang atas Bahrain, menunjukkan adanya ego di kepala yang mulai mencair.

Ibu bukan soal siapa dan apa. Ini soal Timnas Indonesia. Tim sepak bola sebuah bangsa yang diakselerasi federasi sepak bolanya (PSSI) untuk tampil di Piala Dunia 2026.

Kesalahan seperti dilakukan saat melawan Australia tak boleh terulang. Kiranya Kluivert dan tim supernya sudah punya kunci sukses. Bukan meraba atau coba-coba. Jangan lagi.

Mungkin ego putih perlu dikedepankan. Jika ada ego hitam, yang itu berkubang dalam konotasi negatif, ego putih terkait dengan hal-hal positif. Ego yang memberi energi kemenangan.

Ego inilah yang saat ini kiranya perlu ditanam Kluivert ke dalam diri para pemainnya. Indonesia, saat ini, tentu saja lebih baik dari China, tetapi meraih kemenangan bukan jaminan.

Tak akan ada kemenangan tercipta, jika chemistry belum terjalin. Chemistry di sepak bola, kata orang bijak, bisa dilihat dengan sederhana: menyerang 100 persen, bertahan 120 persen. Itu sudah.



(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER