China, bagaimanapun bukanlah negara sepak bola. Karenanya wajar Patrick Kluivert percaya diri Timnas Indonesia bisa meraup tiga poin atas China.
Dari banyak aspek, tim Merah Putih memang unggul atas China. Statistik Indonesia selama Kualifikasi Piala Dunia 2026, sebagaimana dilansir FIFA, lebih menonjol dibanding China.
Tuah Stadion Utama Gelora Bung Karno juga makin nyata. Bahrain dan Arab Saudi, yang biasanya selalu bisa berpesta di Jakarta, dibuat tak berkutik di stadion berkapasitas 70 ribu itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini seperti indikasi bahwa China juga akan dibuat tak berdaya. Tinggal bagaimana Jay Idzes dan kawan-kawan menata kekuatan, membangun kelebihan, dan menyelesaikan peluang.
Berkaca dari dua laga sebelumnya, saat melawan Australia dan Bahrain, gaya bermain Indonesia belum matang. Kluivert seperti masih mencari komposisi ideal skuad Garuda.
Untuk lini belakang misalnya, Kluivert masih meraba apakah lebih tepat dengan tiga bek tengah atau dua. Saat melawan Australia dua bek dan melawan Bahrain dengan tiga bek.
Komposisi Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner, sebagai 'the winning team' di lini belakang, bisa saja berubah. Pasalnya Mees Hilgers sudah pulih dari cedera dan dalam kondisi prima.
Nama Hilgers jelas lebih besar dari Ridho dan Hubner. Kualitasnya, di Liga Belanda, terbilang mentereng, kendati sempat melakukan blunder di akhir-akhir laga FC Twente musim ini.
Komposisi lini depan pun butuh chemistry baru. Absennya Ragnar Oratmangoen dan Marselino Ferdinan membuat Ole Romeny harus beradaptasi dengan rekan baru.
Ada banyak pilihan di depan, seperti Yakob Sayuri, Stefano Lilipaly, Egy Maulana Vikri, Rafael Struick, Ramadhan Sananta, Beckham Putra atau Dean James.
Yang pasti, siapapun yang nantinya dipilih Kluivert, sepantasnya tak memandang China sebelah mata. China datang untuk tampil mati-matian, maka itu Indonesia mesti habis-habisan.