Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Putri Indonesia akan berjuang dalam Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 mulai 29 Juni. Bisakah Garuda Pertiwi terbang tinggi?
Optimisme memang harus digelorakan, tetapi situasi dan kondisi kurang berpihak. Faktor utamanya, belum ada kompetisi reguler sepak bola putri di Indonesia.
Sudah begitu, Indonesia berada di grup tidak mudah, Grup D. Indonesia akan bersaing dengan Taiwan, Kirgizstan, dan Pakistan. Utamanya Taiwan akan jadi pesaing terberat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taiwan adalah tim penghuni peringkat ke-42 FIFA, sedangkan Indonesia di posisi ke-95. Jarak ini bukan hanya angka, tetapi gambaran pemisah kualitas kedua negara.
Sepanjang sejarah Piala Asia Wanita sejak 1975, Taiwan sudah tiga kali angkat piala. Meski sempat mati suri, kini sepak bola putri Taiwan mulai bangkit dari hibernasi.
Piala Asia 2022 adalah buktinya. Kembali lagi ke kompetisi prestisius Asia ini setelah absen dalam tiga edisi, Taiwan langsung menembus babak delapan besar.
Pada saat yang sama Indonesia tak lolos babak grup. Dari tiga laga, Indonesia nirkemenangan dan jadi bulan-bulanan. Memang kondisi sudah berubah, tetapi tak akan seperti sulap.
Akselerasi PSSI dengan menaturalisasi pemain keturunan Belanda, bukan solusi. Kekuatan baru sepak bola Indonesia kiranya tidak langsung mengubah peta 'dunia persilatan' Asia.
Dan, kualifikasi ini adalah salah satu sarana ujian program naturalisasi PSSI. Kualifikasi ini akan menguji sejauh mana transformasi yang dikoarkan PSSI berjalan di lapangan.
Agar bisa lolos ke putaran final Piala Asia 2026, Indonesia harus menjadi juara Grup D. Artinya pula tak boleh kalah dari Taiwan. Kalah, sama juga misi kali ini gagal.
Bagi Satoru Mochizuki, tak ada misi yang mustahil. Pelatih asal Jepang ini percaya Indonesia akan membuat kejutan. Akankah kejutan itu tercipta di Tangerang?
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Kualifikasi Piala Asia 2026 akan berlangsung di Stadion Indomilk Arena, Tangerang. Timnas Putri Indonesia akan jumpa Kirgizstan (29/6), Pakistan (2/7), dan Taiwan (5/7).
Dalam tiga laga ini Indonesia bisa diperkuat empat pemain naturalisasi baru. Mereka itu Emily Julia Nahon, Felicia Victoria de Zeeuw, Iris de Rouw, dan Isa Guusje Warps.
Iris berposisi sebagai penjaga gawang, Emily pemain bertahan, Felicia seorang gelandang, dan Isa biasa bermain sebagai winger. Keempatnya akan memperkaya kedalaman skuad Indonesia.
Mereka akan melengkapi lima pemain naturalisasi lain yang juga belum debut di Timnas Indonesia, yaitu Noa Leatomu, Isabel Kopp, Pauline van de Pol, Estella Loupatty, dan Isabelle Nottet.
Kesembilan pemain ini akan berkolaborasi dengan pemain lainnya seperti Claudia Scheunemann, Sydney Hopper, Zahra Muzdalifah, Helsya Maesyaroh, Safira Ika, dan Vivi Oktavia.
Dari daftar nama yang ada, Safira merupakan pemain dengan caps paling tinggi. Dara 22 tahun ini memiliki 42 caps. Duetnya bersama Vivi, di pertahanan, selama ini jadi andalan.
Melihat daftar pemain yang dipanggil Mochizuki ke pemusatan latihan, skuad ini menjanjikan. Selain banyak wajah naturalisasi, mereka adalah tenaga-tenaga muda.
Pemain tertua di tim ini adalah Vivi, 28 tahun. Dua pemain tertua lainnya adalah Laita Roati (kiper) dan Rosdilah Nurrohmah, 25 tahun. Sisanya berusia di bawah itu.
Dengan usia yang masih sangat muda, potensi besar bisa tercipta. Persiapan tim ini juga cukup panjang, dengan melakukan pemusatan latihan di beberapa negara.
Bisakah Timnas Putri Indonesia terbang tinggi dengan lolos ke Piala Asia 2026? Asa selalu ada, tetapi belantara menuju Piala Asia 2026 bisa menyesatkan Timnas Putri Indonesia.
Kini tinggal bagaimana Mochizuki meracik strategi. Tanpa adanya kompetisi sepak bola putri di Indonesia, potensi tersesat di tengah jalan sangat mungkin tercipta.
[Gambas:Video CNN]