Satoru Mochizuki belum mengeluarkan kemampuan terbaik Timnas Putri Indonesia. Begitu analisis awal yang muncul dari laga pertama Kualifikasi Piala Asia 2026.
Pelatih asal Jepang ini seperti sengaja menyimpan tenaga dan strategi. Ini sebagai olah taktik sebelum laga melawan Taiwan pada laga terakhir, Sabtu (5/7) nanti.
Pemain seperti Helsya Maeisyaroh yang berkiprah di Jepang baru tampil sebentar saat melawan Kirgistan. Begitu juga dengan pemain seperti Sydney Sari Hopper dan Estella Loupattij.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya pula ada potensi pemain yang belum dimaksimalkan tenaganya akan dimainkan. Selain untuk mengasah menit bermainnya, juga untuk menjaga ketahanan fisik pemain.
Beberapa pemain juga belum menjalani debut. Belum semua pemain diaspora hasil naturalisasi dapat menit main. Bisa dibilang, ini adalah momentum pemain-pemain itu dapat kesempatan.
Satu yang pasti, Indonesia butuh kemenangan. Jangan sampai imbang, apalagi kalah. Satu kekalahan atau imbang bisa memupus mimpi tampil di Piala Asia 2026.
Pasalnya hanya satu perwakilan Grup D yang akan lolos ke putaran final Piala Asia Wanita 2026. Hanya juara grup yang akan menyusul China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia ke Piala Asia 2026.
Mentalitas Garuda Pertiwi juga perlu peningkatan. Sebab, main di kandang dengan ribuan penonton hadir langsung, bisa membuat pemain termotivasi atau sekadar unjuk diri.
Ini bisa berbahaya. Apalagi Mochizuki bukan tipikal pelatih yang suka teriak-teriak di pinggir lapangan, mengingatkan pemainnya. Ia lebih banyak diam dan mengamati.
Ada potensi kebablasan. Saat pemain lebih ingin menunjukkan teknik individu ketimbang kolektivitas, karena ada tepuk tangan suporter yang menyambut, visi permainan bisa berantakan.
Karenanya laga Timnas Putri Indonesia versus Pakistan selayaknya jadi momentum meningkatkan skema permainan. Selain menang, kolektivitas lebih penting dari sekadar gol.