Jakarta, CNN Indonesia --
Perjalanan awal Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 2025 bagaikan serial 'Vikings' yang penuh kejutan, sporadis, dan bengis.
Garuda Muda, begini tim Indonesia U-23 ini biasa disebut, sudah memastikan satu tiket ke babak semifinal. Timnas Indonesia U-23 menjadi juara Grup A dengan torehan tujuh poin.
Dari tiga laga awal babak grup, Kadek Arel dan kawan-kawan tampil bengis dan sporadis, plus penuh kejutan. Performa Indonesia U-23 tidak sempurna, tetapi relatif menjanjikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brunei Darussalam, tim terlemah di ASEAN, dibantai dengan skor 8-0. Tanpa belas kasihan. Ini rekor gol Piala AFF U-23. Menyamai catatan Thailand ke gawang Kamboja pada 2005.
Jens Raven, pemuda 19 tahun, dengan dingin melesakkan double hattrick alias enam gol ke gawang Brunei. Inilah realitas sepak bola modern: yang lemah dibantai dengan santai.
Kemudian Indonesia U-23 menang 'beruntung' atas Filipina. Mendominasi total permainan, tim Merah Putih hanya mampu unggul lewat gol bunuh diri. Salah antisipasi sundulan bek lawan.
Dilihat dari lensa lebar, performa Timnas Indonesia U-23 sporadis. Begitu lawan memakai pendekatan tempel-kawal, ketenangan menurun. Ujungnya, lini depan kepayahan.
Terakhir, melawan Malaysia --rival abadi di kawasan ASEAN-- hasilnya imbang kacamata. Tak ada gol tercipta. Permainan rapat Harimau Malaya tak berhasil ditembus Indonesia.
Yang menarik atau anggap saja mengejutkan, Vanenburg senantiasa merotasi pemain. Dari laga perdana hingga laga ketiga, empat pemain dibongkar pasang jadi starter.
Vanenburg berkata ia sedang mencari dan meneropong bakat anak-anak didiknya. Mulai semifinal, begitu kira-kira bahasa isyarat Vanenburg, wajah asli Indonesia U-23 akan dimunculkan.
Masalahnya, Timnas Indonesia U-23 terancam tak bisa tampil dengan skuad komplet. Salah satunya Arkhan Fikri, metronom lini tengah Timnas Indonesia U-23, dibekap cedera. Arkhan hampir pasti absen di semifinal, atau bahkan final.
Bersambung ke halaman kedua >>>
Gerald Vanenburg masih enggan berterus terang soal Arkhan Fikri. Ia hanya menyebut pemain terbaik Piala AFF U-23 2023 ini akan menjalani Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Harus di-MRI artinya juga cederanya serius. Pemain Arema FC ini terancam tak bisa main hingga Piala AFF U-23 2025 selesai, bahkan sampai beberapa bulan ke depan.
Tanpa Arkhan, Vanenburg mengakui, ada jiwa yang hilang dari Timnas Indonesia U-23. Toni Firmansyah dan Robi Darwis, kompatriot Arkhan di tengah, kehilangan kompas jelajah.
Jika Arkhan benar-benar tak bisa main di semifinal, siapa penggantinya?
Sekilas, Rayhan Hannan pilihannya. Daya jelajah pemain Persija Jakarta ini memang mumpuni, tapi suka berlebihan. Padahal Rayhan bisa bermain lebih sederhana.
Peran sebagai konduktor tempo main tim belum bisa dijalankan dengan baik. Egonya masih tinggi: menggoreng bola lama-lama. Namun, ini bisa diatasi. Otak di lini tengah bisa dikonstruksi.
Beda halnya dengan naluri predator. Tak semua pemain punya. Sekalinya punya, belum tentu moncer saat melawan bek-bek kuat dan solid. Tajamnya hanya saat melawan tim lemah.
Jens Raven dan Hokky Caraka, dua ujung tombak Timnas Indonesia U-23, mati gaya di hadapan Filipina dan Malaysia. Mereka berdua sepertinya perlu penyuluhan mental agar tak stagnasi.
[Gambas:Video CNN]
Sadar tak punya 'monster' lini depan, Vanenburg sepertinya punya rencana lain. Sebagai mantan winger tajam di era 1980-an, Vanenburg niscaya punya serum untuk lini depan.
Seperti apa? Hanya Vanenburg, tim pelatih, dan pemain yang tahu. Namun, rumus klasiknya, menjadikan winger atau gelandang sebagai mesin gol meraih kemenangan.
Dan memang, tak butuh banyak gol. Dalam turnamen, yang penting menang. Juga, cara menangnya penting, apakah indah, solid, atau garang. Menang skor berapa? Ini tak penting.
Kini, perjalanan Timnas Indonesia U-23 akan memasuki seri kedua: sistem gugur. Seperti serial 'Vikings', babak semifinal berarti saatnya menginvasi; menundukkan; menjajah.