Saat perasaan hati lawan sedang kalut, di kubu Timnas Indonesia U-23 malah sebaliknya. Tim Merah Putih bisa tampil dengan kekuatan penuh saat menjamu tim Gajah Perang Muda.
Arkhan Fikri dan Toni Firmansyah yang sempat diragukan absen karena cedera, didiagnosis tak bermasalah. Keduanya memungkinkan jadi pilihan saat melawan Thailand U-23.
Begitu juga dengan kiper Muhammad Ardiansyah, yang tak masuk daftar susunan pemain saat melawan Malaysia U-23, sudah berlatih normal dalam asuhan Gerald Vanenburg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya pula formasi terbaik Indonesia U-23 bisa ditampilkan. Jika dalam tiga laga babak grup Vanenburg masih coba-coba dengan rotasi, kini kekuatan inti Garuda Muda akan ditampilkan.
Muhammad Ferarri yang dicadangkan saat melawan Filipina dan Malaysia, punya potensi jadi pilihan kembali. Apakah Ferarri akan main sebagai bek tengah atau gelandang, itu kejutan.
Yang pasti, Indonesia butuh gelandang kuat untuk meredam Seksan Ratree. Kapten Thailand U-23 ini adalah ruh permainan lawan sehingga tak boleh nyaman dan bebas berkreativitas.
Jajaran penyerang Thailand, seperti Yotsakorn Burapha, yang sudah punya caps di timnas Thailand (senior), juga patut diwaspadai. Penetrasi Phanthamit Praphanth pun perlu diantisipasi.
Vanenburg sudah saatnya pula memaksimalkan sisi sayap garuda. Pemain-pemain yang punya kecepatan dan umpan silang tajam, pantas diberi kepercayaan unjuk gigi.
Jens Raven sebagai ujung tombak andalan, tak bisa dibiarkan sendirian mencari ruang. Seperti dalam laga melawan Malaysia, Raven mati kutu karena dijaga ketat lawan.
Kabar gembiranya pula, Vanenburg bukan pelatih pragmatis. Baginya menang adalah tujuan, tetapi cara meraih kemenangan jadi organ vital bak jantung di dalam tubuh.
Inilah sepak bola yang dibangun Vanenburg di Timnas Indonesia U-23. Ia menanam filosofi juara sambil terus menegakkan sistem. Karenanya perang melawan Thailand harus dimenangkan.
(abs/jun)