Jakarta, CNN Indonesia --
Kapan terakhir kali Timnas Indonesia berpesta juara di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK)? Di turnamen resmi hanya sekali: SEA Games 1987.
Setelah 58 tahun berlalu, kans untuk mengulang sejarah manis itu bisa tercipta pada tahun ini, di Piala AFF U-23 2025. Indonesia U-23 akan bertemu Vietnam di partai final, Selasa (29/7).
Garuda Muda, sebutan Indonesia U-23, melaju ke final setelah mengalahkan Thailand lewat drama adu penalti, skor 7-6, usai imbang 1-1 pada waktu normal plus dua kali 15 menit, Jumat (25/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari yang sama; sore, Vietnam U-23 menang 2-1 atas Filipina U-23. Sempat tertinggal 0-1, Young Golden Dragon, julukan Vietnam U-23, bisa membalikkan keadaan menjadi 2-1.
Vietnam adalah juara bertahan Piala AFF U-23. Tim asuhan Kim Sang Sik ini meraih gelar juara edisi 2023 setelah mengalahkan Indonesia lewat drama adu penalti di Rayong, Thailand.
Bersama Kim Sang Sik, Vietnam sedang membangun kembali kedigdayaan yang sempat runtuh usai ditinggal Park Hang Seo. Kini, perlahan tapi pasti, secercah harapan kejayaan terbit lagi.
Akhir tahun lalu, Kim membawa Vietnam jadi juara Piala AFF 2024. Tahun ini, gelar itu ingin dikawinkan dengan juara Piala AFF U-23 dan nantinya disempurnakan dengan medali emas SEA Games 2025.
Kepercayaan diri Vietnam sangat tinggi. Tiga laga Piala AFF U-23 2025 disapu bersih dengan kemenangan. Vietnam menumpas Kamboja dan Laos di babak grup, lalu Filipina di semifinal.
 Muhammad Alfharezzi Buffon beraksi saat Timnas Indonesia mengalahkan Thailand lewat adu penalti dengan skor 7-6 usai bermain imbang 1-1 dalam 120 menit. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim) |
Adapun Indonesia U-23 melaju ke final dengan susah payah. Pada babak grup menang atas Brunei dan Filipina, lalu diimbangi Malaysia. Terakhir, menang adu penalti dengan Thailand.
Bisakah Timnas Indonesia U-23 mengukir sejarah menjadi juara Piala AFF U-23 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, mengulang kisah indah 58 tahun silam, SEA Games 1987?
Potensinya sangat besar. Tinggal bagaimana Gerald Vanenburg meracik strategi permainan dan seperti apa pula mentalitas pemain dibangun dalam situasi yang agak kritis ini.
Baca di halaman selanjutnya>>>
Ketajaman naluri atau kecerdikan Gerald Vanenburg terkuak di babak semifinal Piala AFF U-23 2025. Dalam kondisi kritis, ide pria 61 tahun ini jitu.
Timnas Indonesia U-23 yang tertinggal 0-1 dan kepayahan menembus pertahanan Thailand, karena lawan main menunggu dengan menumpuk pemain di teritorial sendiri, akhirnya bisa dijebol.
Itu berawal dari perjudian Vanenburg memasukkan Muhammad Ferarri yang seorang bek tengah menjadi striker. Padahal, skema ini tak pernah diasah dalam latihan.
Masuknya Ferarri, yang dikenal punya 'gol hapalan' situasi sepak pojok, memberi ruang bebas pada Jens Raven. Raven pun mencuri gol lewat sundulan dengan muncul dari belakang.
Ya, Raven tidak ikut bergumul di depan gawang Thailand. Ia berdiri agak menjauh. Hanya satu pemain Thailand yang mengawalnya. Ketika bola sepak pojok datang, tandukannya mulus.
Setelah itu, Ferarri diminta mundur. Direposisi jadi gelandang bertahan, bersama Brandon Scheunemann dan Robi Darwis. Vanenburg membangun tembok di tengah. Ide ini sukses.
Saat adu penalti, Hokky Caraka, yang jadi sorotan karena performa jelek, plus membuat gaduh di media sosial di tengah turnamen, tetap dipercaya menjadi algojo penalti.
Hokky jadi algojo penalti kelima Indonesia. Ia penentu di titik kritis. Penendang terakhir. Jika Hokky gagal, Indonesia kalah. Namun Hokky sukses menjalankan amanah dengan dingin.
[Gambas:Photo CNN]
Melihat performa Hokky, yang sering hilang bola, salah umpan, tubuh tak atletis (seperti kegemukan), juga malas berlari mengejar bola, wajar rasanya jika Hokky tak ditunjuk jadi algojo penalti.
Namun, naluri Vanenburg berkata lain. Hokky, yang kalau gagal penalti bakalan diserbu warganet dengan cacian dan hinaan, bisa bersikap tenang. Emosinya tampak stabil di mulut gawang.
Ini fragmen kecil dari laga semifinal. Vanenburg tampak bisa merangkai detail-detail kecil dengan baik. Jika ini berlanjut, rasanya pesta juara di GBK seperti 58 tahun lalu, bisa diraih.
[Gambas:Video CNN]