Bagaimana dengan Marselino Ferdinan? Seperti yang dikatakan pelatih Oxford United, Gary Rowett, musim ini akan menjadi medan pertarungan Marselino.
Jika dianggap belum pantas manggung di Championship, Marselino akan jadi cadangan mati di Oxford saat tetap bertahan. Kalau hal ini tak mau terjadi, ia harus disekolahkan atau dipinjamkan.
Kompetisi kasta ketiga Inggris bisa menjadi medan aktualisasinya. Yang utama bagi Marselino pada musim ini adalah mendapatkan menit bermain di klub. Karier di klub jadi fokus utama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi pemain yang berkarier di luar negeri, utamanya di Eropa, mungkin ekosistemnya sudah mendukung. Tinggal seperti apa disiplin dan motivasi diri sang pemain menentukan jalannya.
Bagaimana yang di dalam negeri? Ini yang menjadi pekerjaan rumah PSSI. Sebagai induk sepak bola Indonesia, PSSI harus menyiapkan ekosistem sepak bola elite agar produk untuk Timnas juga berkelas.
Sejarah mencatat, banyak pemain muda berbakat muncul di negeri ini, tetapi ujungnya tenggelam. Mereka ditelan masa karena ekosistem sepak bola nasional kurang mendukung untuk kian berkembang.
![]() |
Kini, dorongan dari sisi luar sudah ada. Pemain-pemain diaspora mengancam status mereka di Timnas Indonesia. Bila dorongan dari dalam diri lemah, mereka akan tersingkir.
Dari sisi dalam, kini ada banyak pemain asing di kompetisi kasta tertinggi Indonesia, Super League. Ini seperti dua mata pisau yang menguntungkan dan bisa pula mencelakai.
Pemain akan beruntung, jika memaknai kedatangan talenta-talenta luar negeri sebagai sarana menambah ilmu dan pengalaman. Namun, naifnya, hal ini cuma keluar dari lisan saja. Pemanis bibir.
Faktanya, hanya segelintir pemain yang punya dorongan lebih untuk melampaui para pemain asing tersebut. Para pemain malah banyak yang pasrah karena tak yakin bisa mengalahkan pemain asing.
Dengan situasi ini, apakah benar Timnas Indonesia akan sangat tiga tahun mendatang? Secara kalkulasi benar, tetapi harus disadari realitas sering kali tak sesuai dengan ekspektasi.
(ptr)