Regenerasi pelatih lokal adalah aspek yang mesti digenjot PSSI demi masa depan sepak bola Indonesia. Namun, ini adalah perjalanan yang panjang.
Proses seseorang untuk bisa melatih klub di kasta tertinggi Liga Indonesia juga tak terbilang mudah. Minimal untuk eksis di Super League, pelatih wajib memiliki Lisensi AFC Pro.
Untuk mengantongi Lisensi AFC Pro, seorang pelatih harus lebih dulu mengambil lisensi AFC level C, B, dan A. Tetapi, sebelum itu ada tahapan awal melalui Lisensi D guna memberi pemahaman tentang karakter dan akar rumput sepak bola dalam negeri sebelum mengambil Lisensi C.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus untuk mantan pemain Timnas Indonesia, diberi keistimewaan boleh langsung melompat ke Lisensi C.
Tahap demi tahap lisensi punya waktu kursus yang berbeda-beda. Semakin tinggi level lisensi yang diupayakan, kian lama pula prosesnya. Ini belum termasuk jam terbang sang pelatih yang diperhatikan sebelum mengambil lisensi yang lebih tinggi.
PSSI sebenarnya sudah awas dengan kuantitas pelatih di Indonesia yang dianggap sedikit. Dari kebutuhan 36 ribu orang, PSSI mengklaim saat ini sudah ada 15 ribu pelatih berlisensi. Jumlahnya disebut meningkat 49 persen selama dua tahun terakhir.
Sayangnya, belum jelas pengelompokan usia pelatih di Indonesia. Apakah ada di antara mereka yang masih terbilang muda namun sudah mengantongi lisensi mentereng?
Sebab di Eropa sana, pelatih 'berkepala tiga' makin populer. Nama-nama seperti Julian Nagelsmann, Vincent Kompany, hingga Dominic Tedesco sudah punya portfolio elite.
Bisakah kita menuju ke sana? Tak ada yang tak mungkin. Namun itu bukan prioritas sepak bola Indonesia saat ini dalam konteks kepelatihan.
Di negara-negara Eropa yang sudah mapan ekosistem sepak bolanya, pelatih bisa fokus kepada tim karena mungkin saja tidak ada hal-hal di luar lapangan yang mengganjal seperti tunggakan gaji atau masalah finansial lainnya di klub.
Bagi Indonesia, cukuplah kemajuan dijalani pelan-pelan. Dengan jumlah pelatih yang disebut menanjak, secara paralel PSSI sebagai federasi dan I. League selaku penyelenggara liga juga perlu meningkatkan gairah industri kompetisi.
Kehadiran pelatih mentereng dapat jadi magnet klub bahkan liga itu sendiri. Tentu dengan catatan jika sang pelatih mampu membawa prestasi untuk tim yang dikendalikannya.
(jal)