Hendri Susilo dan Fakta Pelatih Lokal yang Kian Tergerus
Pelatih Malut United, Hendri Susilo jadi satu-satunya pelatih lokal di Super League 2025/2026. Dikepung pelatih impor, ini sekaligus jadi isyarat juru taktik produk dalam negeri kian tergerus di habitatnya sendiri.
Dari empat musim terakhir, jumlah pelatih lokal terus menurun dari enam, empat, tiga lalu merosot drastis menjadi satu. Jika ditarik lebih jauh sejak kompetisi profesional bergulir pada 1994, belum pernah ada musim kompetisi dimulai hanya dengan satu pelatih lokal.
Jumlah pelatih dari dalam negeri sebenarnya selalu kalah dari juru taktik asing. Namun untuk pertama kalinya hanya berjumlah satu.
Ini mempertegas keadaan bahwa pelatih lokal semakin tak diminati di level tertinggi. Juru taktik lokal yang sempat bersaing di level atas kini terpental ke kasta kedua.
Widodo Cahyono Putro misalnya, kini menangani Deltras FC. Lalu Aji Santoso melatih Persela Lamongan. Sementara Rahmad Darmawan sejauh ini masih berstatus tanpa klub.
Tentunya tidak ada penyebab tunggal situasi ini bisa terjadi mengingat peran pelatih tak cuma meracik strategi. Pola komunikasi dengan pemain, manajemen, dan tindak-tanduk di luar lapangan bisa jadi acuan meski sosok yang bersangkutan mempersembahkan catatan apik.
Namun, ada benang merah yang relevan dikaitkan dengan pelatih asing yang laris di Super League. Upaya operator liga untuk naik level di tingkat regional, jaminan prestasi, hingga profesionalisme dipandang jadi alasan klub-klub cenderung merekrut nama asing di kursi kepelatihan.
Ambil contoh soal prestasi, sudah lebih dari satu dekade juara Liga Indonesia direbut oleh klub yang ditangani pelatih asing. Terakhir kali nama lokal membawa timnya juara adalah Djadjang Nurdjaman bersama Persib pada 2014.
Selepas itu, sejak era Liga 1 yang dimulai 2017 dan edisi terakhir pada musim 2024/2025 selalu dijuarai oleh pelatih asing. Stefano Cugurra 'Teco' yang jadi kampiun bersama Persija Jakarta dan Bali United pun masih jadi warga negara Brasil sebelum mendapat status WNI pada Mei 2025.
Tak bisa dibantah bahwa pelatih lokal masih kalah saing. Namun keadaan ini tidak boleh membuat mereka berkecil hati. Mungkin butuh waktu yang tidak sebentar, namun besar harapan juru racik strategi dalam negeri bisa kembali ngeri.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>