Sebagai juara Liga 2 2025/2026 yang artinya pendatang baru di Super League 2025/2026, PSIM Yogyakarta tampak tidak meyakinkan. Komposisi tim dinilai belum kelas kasta tertinggi.
Dari daftar pemain yang sudah dirilis, nyaris tak ada nama besar. Hanya ada beberapa nama berlabel Timnas Indonesia, tetapi sudah lama tak masuk daftar panggil seperti Andy Setyo Nugroho.
Pemain-pemain asing yang didatangkan juga tak meyakinkan. Ze Valente dan Nermin Haljeta, adalah dua nama yang tidak asing, karena musim sebelumnya sudah berada di Liga Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah pertemuan Persebaya kontra PSIM juga tidak berpihak ke tim tamu. Sejak pertemuan pada 2017, Persebaya unggul empat kali unggul dan dua lainnya berakhir imbang.
Sudah begitu, tim juara kasta kedua yang tampil dalam laga pembuka dominan kalah. PSIM pun bisa mengalami kejutan yang sama, dapat pukulan pelajaran dari 'senior' di kasta tertinggi.
Namun demikian, bukan tidak mungkin PSIM membuat kejutan. Tim berjulukan Laskar Mataram ini punya motivasi tinggi. Sebab, tak ada tim juara Liga 2 yang promosi langsung degradasi.
Salah satu kunci kejutan PSIM adalah Riyatno Abiyoso. Mantan pemain Persela Lamongan berposisi winger ini sudah hapal betul gaya permainan Persebaya. Ia kerap merepotkan.
Yang jadi soal, pemain asing PSIM kurang meyakinkan. Rafinha misalnya, tajam saat tampil di Liga 2, tetapi di kasta tertinggi belum terbukti. Dalam dua musim terakhir ia di kasta kedua.
Dengan semua situasi ini, sangat pantas Persebaya diunggulkan. Bahkan, suporter Persebaya bisa marah besar jika sampai kalah. Dampaknya manajemen klub ditekan lagi.
Bagi Perez, ini juga pertaruhan besar. Sebagai mantan asisten pelatih Timnas Indonesia di era Luis Milla, permainan rampak, solid, dan indah diharapkan publik bisa diraciknya.
Permainan ala Spanyol yang indah diinginkan suporter Surabaya. Permainan yang menyihir hingga bisa menuai kemenangan. Ini yang ingin dilihat di GBT, Jumat (8/8) ini.
(nva)