Jakarta, CNN Indonesia --
Khamzat Chimaev sudah berhasil merebut status juara dunia kelas menengah UFC dan pernah mengutarakan ingin juara dunia di tiga kelas berbeda. Berikut halangan Khamzat Chimaev mewujudkan hal tersebut.
Chimaev menunjukkan penampilan impresif dalam duel lawan Dricus Du Plessis. Ia mendominasi total pertempuran dan selalu sukses memaksa Du Plessis berada dalam tekanan sepanjang lima ronde.
Setelah jadi juara dunia di kelas menengah, Chimaev berarti memupuk asa untuk jadi juara dunia di tiga kelas berbeda. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah halangan yang harus ditaklukkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 4 halangan Khamzat Chimaev untuk bisa juara dunia di tiga kelas berbeda:
1. Masuk Batas Bobot Kelas Welter
Khamzat Chimaev masuk ke UFC dengan berlaga di kelas welter. Namun ia kesulitan menjaga batas bobot kelas welter (77,1kg).
Duel Chimaev vs Nate Diaz yang jadi laga utama UFC 279 pada 2022 lalu dibatalkan karena Chimaev kelebihan bobot 3,4 kg. Kelebihan bobot tersebut jelas menandakan ketidakmampuan Chimaev menjaga bobot tubuh kelas welter dan akhirnya ia mulai naik ke kelas menengah.
Kelas welter adalah kelas yang dibidik oleh Chimaev dalam mimpi merebut juara dunia di tiga kelas. Bisa masuk kembali ke bobot tubuh kelas welter tanpa mengurangi power dan massa otot yang dimiliki jelas bukan pekerjaan mudah.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
2. Kekuatan Chimaev di Kelas Light Heavyweight
Saat berlaga di kelas welter dan menengah, Chimaev punya kemampuan melakukan take down dengan baik. Namun bila ia naik ke kelas light heavyweight, Chimaev bakal mendapatkan tantangan lebih besar.
Ia harus menaikkan bobot tubuh dan juga massa otot. Ada perbedaan hampir 10kg antara batas bobot tubuh kelas menengah dan kelas light heavyweight.
Belum lagi berbicara bobot tubuh para penantang nantinya bakal lebih berat setelah timbang badan selesai dan di hari H pertandingan. Chimaev harus bisa menjaga massa otot dan meningkatkan kekuatan sehingga ia punya power untuk melakukan take down dan mendominasi pertarungan seperti yang pernah ia lakukan di kelas welter dan kelas menengah.
Tanpa hal itu, Chimaev bakal kalah power dengan petarung-petarung di kelas light heavyweight. Israel Adesanya bisa jadi contoh yang tepat karena ia begitu dominan di kelas menengah tetapi kalah di kelas light heavyweight.
3. Jadwal UFC
Mimpi seorang petarung untuk jadi juara dunia di kelas berbeda juga bergantung pada kemurahan hati UFC dan Dana White dalam menyusun jadwal.
Dengan usia sudah 31 tahun, Chimaev jelas butuh jalur ekspress untuk bisa langsung mendapatkan duel-duel perebutan gelar juara dunia.
Chimaev jelas tidak bisa merintis dari bawah dan menghabiskan 4-5 pertarungan hingga dapat duel perebutan gelar. Chimaev tentu berharap bisa langsung mendapatkan duel perebutan gelar seperti Ilia Topuria atau paling tidak hanya butuh 1-2 laga untuk merebut gelar juara dunia.
 Khamzat Chimaev ahli melakukan take down terhadap lawan. (Getty Images via AFP/GEOFF STELLFOX) |
4. Kesehatan Khamzat Chimaev
Khamzat Chimaev punya kendala terbesar soal kesehatan. Sejak terkena covid, Chimaev mengalami kendala tersebut dan sempat gagal menjalani pertandingan.
Karena itu tiap Chimaev bertanding, salah satu hal yang mendebarkan adalah faktor kesenatan Chimaev yang bisa saja membuat laga gagal.
Untuk bisa merebut gelar juara dunia di tiga kelas berbeda, Chimaev jelas butuh dukungan faktor kesehatan yang mumpuni.
[Gambas:Video CNN]