Jakarta, CNN Indonesia --
Hasil imbang yang diraih Timnas Indonesia saat hadapi Lebanon di FIFA Matchday memang kurang ideal. Namun, setidaknya ada sejumlah pelajaran berharga yang bisa dipetik.
Mendominasi permainan selama 90 menit di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (8/9), Indonesia harus puas bermain imbang tanpa gol lawan Lebanon.
Ini menjadi laga uji kedua Indonesia di jeda internasional September. Sebelumnya skuad 'pelapis' Garuda sukses mencukur Taiwan dengan skor 5-0.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, euforia kemenangan tak berlanjut saat bersua Lebanon. Dominasi penguasaan bola yang diperagakan Jay Idzes dkk tak berujung kemenangan.
Kendati demikian, Timnas Indonesia tak boleh larut dalam kekecewaan. Hasil seri lawan Lebanon kiranya bisa dijadikan pelajaran berharga sebelum bertarung di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Arab Saudi dan Irak.
Setidaknya ada tiga catatan penting yang bisa dipetik dari hasil laga Indonesia vs Lebanon:
1. Stabilitas Emosi Pemain
Duel 90 menit melawan Lebanon menjadi cerminan bahwa mental dan emosi penggawa Garuda masih belum stabil.
Lebanon memang memeragakan permainan keras. Beberapa aksi di antaranya menjurus kasar yang memicu keributan antarpemain. Namun, hal ini terbilang lumrah di sepak bola. Tinggal bagaimana pemain lebih berpikir jernih agar tidak mudah tersulut emosi.
Pemain berlabel top Eropa seperti Kevin Diks dan Jay Idzes pun harus mengevaluasi diri. Mereka masih gampang meledak alih-alih menjadi juru damai.
Meredam emosi di lapangan bukan perkara takut ribut, melainkan cara cerdas untuk menjaga fokus permainan. Emosi yang meledak-ledak tanpa arah tak boleh lagi terjadi saat menghadapi Arab Saudi dan Irak.
Baca di halaman berikutnya>>>
2. Kreativitas Serangan
Nihil shot on target meski mendominasi permainan pun jadi masalah tak kalah serius. Keunggulan penguasaan bola menjadi sia-sia jika tak berujung gol.
Duo amunisi baru Garuda, Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans, tampil cukup lumayan di dua laga. Namun, keduanya tak boleh cuma lumayan saat bersua Arab Saudi dan Irak.
Zijlstra dan Jonathans tak punya waktu lagi untuk beradaptasi karena laga melawan Saudi dan Irak sudah di depan mata. Ini merupakan laga hidup mati menuju cita-cita ke Piala Dunia 2026.
Wajah-wajah lama seperti Ragnar Oratmangoen, Marselino Ferdinan, atau Egy Maulana Vikri juga harus menjadi panutan bagi pemain baru untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Selain itu, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Yakob Sayuri, Ragnar Oratmangoen, serta Marselino Ferdinan pun mesti lebih berani melakukan penetrasi dari sisi lapangan untuk menghadirkan lebih banyak peluang.
[Gambas:Photo CNN]
3. Penyelesaian Akhir
Persoalan finishing memang sudah cukup lama menempel di tim arahan Patrick Kluivert. Karena itu, cedera yang dialami Ole Romeny jadi kerugian maha besar. Sebab, Romeny sudah cukup klop dengan strategi Kluivert.
Kluivert memang sudah memiliki Zijlstra dan Jonathans sebagai amunisi baru di lini depan. Namun, keduanya baru saja resmi jadi WNI dan mendapat kesempatan bermain lawan Taiwan dan Lebanon.
Dari dua pertandingan yang dilakoni, Zijlstra dan Jonathans cukup menjanjikan. Hanya saja chemistry keduanya masih belum benar-benar menyatu.
Di sinilah peran Kluivert sebagai mantan bomber legendaris dibutuhkan. Mantan striker Ajax dan Barcelona ini tentu punya formula yang pas untuk mempercepat adaptasi para pemain anyar Garuda.
Jangan ada lagi peluang yang terbuang sia-sia saat berhadapan dengan tim yang punya kualitas setara atau bahkan di atas Indonesia semacam Arab Saudi dan Irak.
[Gambas:Video CNN]