Nihil shot on target meski mendominasi permainan pun jadi masalah tak kalah serius. Keunggulan penguasaan bola menjadi sia-sia jika tak berujung gol.
Duo amunisi baru Garuda, Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans, tampil cukup lumayan di dua laga. Namun, keduanya tak boleh cuma lumayan saat bersua Arab Saudi dan Irak.
Zijlstra dan Jonathans tak punya waktu lagi untuk beradaptasi karena laga melawan Saudi dan Irak sudah di depan mata. Ini merupakan laga hidup mati menuju cita-cita ke Piala Dunia 2026.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajah-wajah lama seperti Ragnar Oratmangoen, Marselino Ferdinan, atau Egy Maulana Vikri juga harus menjadi panutan bagi pemain baru untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Selain itu, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Yakob Sayuri, Ragnar Oratmangoen, serta Marselino Ferdinan pun mesti lebih berani melakukan penetrasi dari sisi lapangan untuk menghadirkan lebih banyak peluang.
Persoalan finishing memang sudah cukup lama menempel di tim arahan Patrick Kluivert. Karena itu, cedera yang dialami Ole Romeny jadi kerugian maha besar. Sebab, Romeny sudah cukup klop dengan strategi Kluivert.
Kluivert memang sudah memiliki Zijlstra dan Jonathans sebagai amunisi baru di lini depan. Namun, keduanya baru saja resmi jadi WNI dan mendapat kesempatan bermain lawan Taiwan dan Lebanon.
Dari dua pertandingan yang dilakoni, Zijlstra dan Jonathans cukup menjanjikan. Hanya saja chemistry keduanya masih belum benar-benar menyatu.
Di sinilah peran Kluivert sebagai mantan bomber legendaris dibutuhkan. Mantan striker Ajax dan Barcelona ini tentu punya formula yang pas untuk mempercepat adaptasi para pemain anyar Garuda.
Jangan ada lagi peluang yang terbuang sia-sia saat berhadapan dengan tim yang punya kualitas setara atau bahkan di atas Indonesia semacam Arab Saudi dan Irak.
(jun/jun/ptr)