Jakarta, CNN Indonesia --
Bayern Munchen mengawali perjalanan di Liga Champions 2025/2026 dengan bersua Chelsea, Kamis (18/9) dini hari WIB. Die Roten, yang sepintas tampak dominan, bakal menghadapi The Blues yang kerap beri kejutan.
Kedua kubu sudah pernah berjumpa lima kali. Bayern Munchen mencatat tiga kemenangan dan satu kali tumbang. Boleh dibilang, kekalahan yang ditelan begitu pahit lantaran terjadi di final Liga Champions 2011/2012.
Saat itu Chelsea juara Liga Champions 2011/2012 lewat drama adu penalti. Hati penggemar FC Hollywood kian tersayat karena menyaksikan tim kesayangan kalah di Allianz Arena, markas mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Balas dendam sedianya sempat dilakukan pada dua pertemuan terakhir di babak 16 besar Liga Champions 2019/2020. Di musim itu, Bayern jadi juara pula.
Selepas itu, Bayern Munchen belum mencapai podium tertinggi lagi. Namun mereka konsisten lolos dari fase grup dengan pencapaian maksimal di semifinal pada musim 2023/2024.
Sekelas penguasa Jerman dan pemain lama di panggung Eropa, tentu Bayern Munchen mengincar target ambisius di setiap edisi Liga Champions. Kekalahan bak cambuk bagi tim asuhan Vincent Kompany karena enggan sebatas jadi peramai kompetisi belaka.
Tapi Bayern Munchen wajib waspada karena Chelsea bukan tim sembarangan. Bukan tak mungkin kejutan seperti final Liga Champions 2011/2012 kembali terjadi.
Benar bahwa tim London Biru absen Liga Champions selama dua musim terakhir. Namun ketika mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di final Piala Dunia Antarklub 2025, momen itu jadi bukti Chelsea punya kapasitas menumbangkan tim yang diunggulkan.
Sang pelatih, Enzo Maresca yang membawa timnnya menang 3-0 lawan PSG di final, mampu mengarahkan pemain bermain cerdik. Cole Palmer dan kawan-kawan tetap tenang ketika ditekan bertubi-tubi oleh lawan yang mengandalkan high press.
Transisi cepat jadi kekuatan Chelsea. Serangan balik yang berpadu penyelesaian klinis sukses membuat lawan porak-poranda. Hal itu terjadi di babak pertama dan PSG sama sekali tak kuasa membalasnya.
Pola serupa dari Chelsea bisa kembali diterapkan dan Bayern Munchen mungkin jadi korbannya.
Baca lanjutan analisis ini di halaman selanjutnya>>>
Duel Bayern Munchen vs Chelsea merupakan ajang pamer pemain baru di kompetisi Benua Biru. Kedua kubu tak ingin wajah anyar di tim masing-masing dicap sebagai rekrutan gagal hanya karena tampil buruk di satu laga.
Menyoal transfer pemain, Chelsea jauh lebih royal. Ada 10 pemain baru yang bergabung dan sembilan di antaranya direkrut permanen. Hanya satu orang yang berstatus pinjaman.
Striker asal Brasil, Joao Pedro jadi sorotan karena jadi pemain termahal yang didatangkan Chelsea pada musim panas 2025. Beruntung, mahar 63,7 juta euro atau Rp1,2 triliun dibayar dengan performa menjanjikan.
Pemain 23 tahun itu sudah mencetak lima gol dan tiga assist dari tujuh pertandingan bersama The Blues. Kehadiran Joao Pedro memperkaya opsi lini depan Chelsea yang juga diperkuat oleh Liam Delap.
Selain itu Chelsea juga bisa memamerkan Alejandro Garnacho yang baru direkrut dari Manchester United. Sejauh ini bintang flamboyan itu baru mencatat satu laga debut bersama Chelsea pada pekan lalu.
Pemain asal Argentina itu belum benar-benar menunjukkan kualitasnya karena Maresca mengandalkan Pedro Neto di pos sayap kiri. Tapi, ada kans Garnacho bisa jadi pembeda sebagai supersub.
Pamer pemain baru juga bisa dilakukan oleh Bayern Munchen. Meski hanya mendatangkan empat pemain baru musim ini, Munchen bisa memaksimalkannya.
Hasil nyata ditunjukkan oleh Luis Diaz. Ganasnya eks pemain Liverpool itu sudah terbukti dengan empat gol dan dua assist dari lima pertandingan di semua kompetisi bersama Munchen.
Banderol 70 juta euro alias Rp1,3 triliun sepadan dengan performa impresif pemain 28 tahun itu. Luis Diaz sukses beradaptasi dengan cepat meski baru pertama kali membela klub asal Jerman.
Besar kemungkinan Kompany bakal mengandalkan Luis Diaz sejak menit awal. Ia diproyeksikan jadi penusuk dari sisi kiri baik untuk mengalirkan bola ke Harry Kane atau langsung mengeksekusi peluang jadi gol.
Kehadiran Luis Diaz jelas jadi ancaman nyata bagi Chelsea. Situasi ini sekaligus jadi penegas Maresca perlu bermain pragmatis melawan tim sekelas Bayern Munchen.
Belum lagi dengan keadaan tim yang kemungkinan tidak diperkuat bintang seperti Liam Delap dan Estevao yang kurang prima. Dengan opsi yang lebih sedikit dibandingkan lawan, Chelsea tak perlu ngoyo untuk mendominasi permainan. Tampil seperti melawan PSG dapat jadi cerminan untuk merebut kemenangan.
[Gambas:Video CNN]