ANALISIS

Rekonstruksi Benteng Konstantinopel di Timnas Indonesia

Abdul Susila | CNN Indonesia
Minggu, 28 Sep 2025 08:01 WIB
Ditilik secara mendalam, tak berlebihan kiranya jika menyebut pertahanan Timnas Indonesia saat ini menyerupai Benteng Konstantinopel milik Bizantium.
Patrick Kluivert belakangan condong memilih formasi dengan dua bek tengah. (AFP/BAY ISMOYO)

Saat bahan bakunya berkualitas, rasanya hanya tinggal bagaimana sang koki meracik menu yang akan dihidangkan. Tinggal bagaimana Patrick Kluivert meramu Timnas Indonesia.

Mengacu dua pertandingan uji coba periode September, Kluivert memakai satu gelandang bertahan, dua bek sayap, dan dua bek tengah. Formasi yang disiapkan 4-2-3-1 dan 4-5-1.

Ini, kasarnya, kontra-revolusi dari Kluivert. Sistem pertahanan tiga bek yang dibangun Shin Tae Yong, pelatih sebelumnya, dirombak. Kluivert ingin Indonesia tampil lebih agresif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mungkin, Kluivert menyadari, memakai tiga bek sekalipun tidak akan berguna jika lawan cerdik seperti Jepang. Bukan formasi yang jadi penentu, tetapi sistem yang dibangun.

Saat tandang melawan Australia, dalam debutnya bersama Timnas Indonesia, Kluivert awalnya memakai formasi dua bek, tetapi kemudian diubah menjadi tiga bek pada babak kedua.

Tetap saja gawang Indonesia kebobolan. Setelah kebobolan tiga kali di babak pertama, dua gol lainnya bersarang ke gawang yang dikawal Maarten Paes pada babak kedua.

Banner Testimoni

Ini mungkin semacam tesis dari Kluivert bahwa formasi tiga bek yang dibangun Shin Tae Yong tak ampuh dalam arahannya. Karena itu Kluivert butuh formula jitu sendiri.

Formula itu sudah coba dimatangkan saat melawan Taiwan dan Lebanon. Ketika itu Ridho berduet dengan Amat, sedangkan pada laga kedua Idzes berduet dengan Diks.

Untuk melawan Arab Saudi pada 8 Oktober, ada potensi Idzes berduet dengan Ridho. Namun, jika kebutuhan Kluivert adalah bek tinggi, Diks yang akan menjadi pilihan.

Mengapa Diks, bukan Hubner atau Amat? Hubner temperamental dan sangat mudah dipancing pemain Arab, sedangkan Amat secara usia tidak lagi di masa keemasan.

Apapun nantinya pilihan strategi Kluivert saat melawan Arab Saudi, semoga itu jadi tembok pertahanan yang kukuh, layaknya Benteng Konstantinopel yang tak bisa ditembus bangsa Arab.

(nva)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER