Sejarah tak berpihak pada Persija. Sejak era Liga 1 pada 2017, Persebaya dan Persebaya sudah bentrok 14 kali. Dari jumlah pertemuan itu,Persija dominan kalah.
Persija hanya dua kali menang dari 14 pertemuan terakhir. Adapun Persebaya lima kali menang. Sisanya berakhir dengan skor imbang. Ini fakta sekaligus peringatan serius bagi tim tamu.
Pemain Bajol Ijo, julukan Persebaya, juga punya semangat berlebih saat jumpa Persija. Ini seperti pertandingan Persebaya kontra Arema yang juga sengit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang rivalitas Persebaya versus Persija tidak sekeras Persebaya vs Arema, tetapi tensinya tidak jauh berbeda. Seolah ada tekanan keras dari suporter agar jangan kalah.
Karena itu pula pertemuan kedua tim sangat dinanti. Pertandingan ini tak hanya sekedar adu strategi, tetapi juga gengsi antarpemain dan suporter yang telah terwariskan.
Bagi Souza, yang pernah menangani Madura United sebelum ke Persija, Stadion Gelora Bung Tomo memang angker. Souza belum pernah menang saat jumpa Persebaya di Surabaya.
Dalam bayang-bayang pahit itu, Souza mencoba berpikir positif. Ini adalah salah satu sarana bagi Souza bahwa racikan strateginya memang ampuh dan bertuah.
Persepsi bahwa Persija kehilangan taji, jika Allano Lima dihentikan, perlu diuji. PSM dan Borneo sudah membuktikan itu, dan tinggal satu bukti lagi sebagai penegasan.
Tak hanya Souza, Perez juga dalam sorotan. Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia era Luis Milla ini belum memperlihatkan performa yang sangat memuaskan.
Bedanya, penampilan Persebaya mulai meningkat. Setelah di awal musim kurang menggigit, kini bisa mulai garang. Buktinya, dua kemenangan diraih secara beruntun.
Sejarah memang tidak berpihak kepada Persija, tetapi asa selalu ada. Namun Persebaya juga punya harapan besar untuk berpesta dalam laga kandang kali ini.
(jal)