Dalam dua musim terakhir, sebagai contoh, Bruno Fernandes tampil menjadi mesin pencetak gol klub meski posisi utamanya adalah gelandang.
Mungkin, biasa saja seorang gelandang tajam. Namun, seperti ada yang salah saat jumlah gol gelandang lebih dari striker. Ada sistem yang salah di dalam tim tersebut.
Musim lalu misalnya, pemain internasional Portugal ini membukukan 19 gol dalam semusim. Jumlah golnya melebih Amad Diallo, Alejandro Garnacho (11 gol), dan Rasmus Holjund (10 gol).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu musim ke belakang lagi, Bruno mencetak 15 gol semusim. Jumlah ini hanya terpaut satu gol dengan Holjun yang membukukan 16 gol di semua ajang yang diikuti MU.
Karena itu, saat Ruben Amorim menempatkan Bruno kembali ke habitatnya sebagai gelandang serang dan bukan second striker, banyak pihak skeptis. Amoris menuai kritikan.
Seperti kata pepatah, 'anjing menggonggong kafilah tetap berlalu', Amorim 1000 persen yakin Bruno harus dikembalikan ke habitatnya: dirigen permainan tim.
Racikan Ruben Amorim mulai membuahkan hasil. (REUTERS/Phil Noble) |
Ini jelas saja berisiko. Ketajaman pria 31 tahun ini menurun. Dari 10 pertandingan musim ini, Bruno baru mengoleksi dua gol. Namun ada efek positif yang tercipta.
Bryan Mbeumo, yang didatangkan dari Brentford pada awal musim ini, mulai menunjukkan ketajaman. Pria asal Senegal ini telah melesakkan lima gol dari 10 laga.
Benjamin Sesko, yang juga baru didatangkan pada musim panas ini, sudah menyumbang dua gol. Memang jauh dari kata memuaskan, tetapi grafiknya menanjak.
Bisa dibilang, tugas Amorim tinggal bagaimana menajamkan naluri Matheus Cunha. Ketajamannya bersama Wolverhampton Wanderers, musim lalu, belum terlihat di MU.
Namun, apapun itu, kini fans MU sudah bisa keluar dari gua. Kepercayaan diri, jika tidak disebut sombong, bisa meraih gelar juara musim ini, mulai digaungkan.
Pada titik ini, setidaknya mereka bisa lebih jemawa dibanding Liverpool dan Chelsea yang ada di bawah mereka pada klasemen Liga Inggris.
(ptr)