Manajemen jam terbang adalah hak prerogatif seorang pelatih di dalam tim, kecuali ada klausul kontrak yang mengharuskan seorang pemain tampil dengan menit tertentu. Tapi tentunya, yang perlu jadi perhatian adalah konsistensi sang pemain itu sendiri.
Sejauh ini, Verdonk mampu menjawab kepercayaan pelatih dengan performa yang menjanjikan. Padahal Liga Prancis adalah barang baru bagi pemain kelahiran Dordrecht, Belanda itu.
Verdonk juga lebih banyak berkarier di Belanda. Selain Prancis, hanya Portugal jadi negara yang pernah dipijak dalam perjalanan profesionalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan adaptasi Verdonk patut diapresiasi. Pun halnya saat membela Timnas Indonesia, penampilan solid mampu ditorehkan dari 12 kaps bersama skuad Garuda di berbagai ajang penting terutama Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Selain kemampuan adaptasi di lingkungan baru, nilai plus yang dimiliki Verdonk adalah kebisaannya bermain di berbagai posisi. Bek tengah, sayap kiri, penyerang sayap kiri, hingga gelandang tengah pernah dicicipnya.
Di NEC Nijmegen, Verdonk pernah ditempatkan lebih maju sebagai penyerang sayap kiri. Di Timnas Indonesia sempat jadi bek tengah dan gelandang tengah. Di manapun berada, Verdonk bisa melakukannya.
Tinggal menunggu waktu untuk Verdonk akan ditempatkan di tempat yang bukan habitat aslinya. Sejauh ini, Verdonk selalu bermain sebagai bek kiri di Lille.
Verdonk adalah ejawantah dari pemain sepak bola modern. Menjadi sosok adaptif sekaligus membuka kesempatan baginya untuk tetap memelihara menit laga.
Dengan menit bermain yang terjaga, sulit bagi pelatih untuk melepaskannya. Namun tentu saja, ini bukan perkara mudah bagi seorang pemain untuk melakukannya.
Belum lagi jika sewaktu-waktu pelatih Lille berganti. Tak menutup kemungkinan ada perubahan signifikan yang terjadi. Tapi dari 22 pelatih yang pernah menangani Verdonk, agaknya dinamika seperti itu bukan persoalan besar baginya.
(ptr)