Dua edisi beruntun tampil di Piala Dunia U-17, sudah saatnya Indonesia juga tampil di Piala U-20, turnamen pembinaan tertinggi FIFA.
Generasi Piala Dunia U-17 2023, seperti Iqbal Gwijangge, Kafiatur Rizky, Amar Brkic, hingga Welber Jardim, gagal mencapai Piala Dunia U-20 2025, tetapi jangan terulang untuk edisi 2027.
Talenta seperti Zahaby Gholy, Fadly Alberto, Mathew Baker, hingga Eizar Tanjung perlu dibina terus menerus agar talenta mereka tidak hilang ditelan gaya hidup dan pergaulan zaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepantasnya pula Nova Arianto, yang telah mengukir sejarah di Piala Dunia U-17, promosi menangani Indonesia U-19. Peta sukses Nova bersama Indonesia U-17 bisa dibawa ke U-19.
Lantas siapa yang akan menjadi pelatih Indonesia U-17? Ada banyak kandidat. Salah satu nama yang saat ini berada di lingkungan PSSI adalah Zulkifli Syukur.
Namun, bukan siapa sosok pelatih yang akan menangani tim usia muda ini, tetapi bagaimana PSSI membentuk peta jalan menuju Piala Dunia U-20 2027 dan selanjutnya.
Kategori U-20 persaingan kualitasnya lebih berat. Strata usia ini sudah banyak yang tampil di kompetisi papan atas dunia, bahkan sudah membela tim nasional level senior.
Karena itu, jalan Indonesia menuju Piala Dunia U-20 jauh lebih berat. Kalau PSSI tak membuat kompetisi usia muda yang matang dan terukur, Piala Dunia U-20 2027 mungkin hanya mimpi.
Kalau di level U-17 mungkin bisa berharap pada sekolah sepak bola (SBB), tidak demikian untuk level U-20. Pada level ini sudah masuk ranah pembinaan klub lewat akademi.
Talenta sepak bola Indonesia sudah terbukti ada. Buktinya lolos Piala Dunia U-17. Namun, talenta saja tidak cukup. Dibutuhkan sarana penunjang karier gemilang.
Akhirnya, pantas diakui sepak bola Indonesia naik kelas usai meraih kemenangan perdana di Piala Dunia U-17 2025, tetapi itu baru permulaan. Kinerja PSSI akan lebih berat lagi.
(abs/ptr)