Persaingan memperebutkan gelar juara Campus League Futsal The Nationals 2025 resmi berakhir pada Minggu (7/12) di FIKK GOR Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Turnamen yang mempertemukan tim-tim terbaik dari Regional Jakarta dan Yogyakarta itu melahirkan dua kampiun baru: UIN Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung di sektor putra dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di sektor putri.
Di final putra, UINSGD tampil dominan dan menundukkan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan skor 3-0. Dua gol dicetak Muhammad Revaldo Arkeisya dan satu gol tambahan datang dari Muhammad Ihsan Ikhwansyah pada menit ke-7, 12, dan 21.
Pelatih UINSGD, Deden Zaini Muhibban mengatakan kemenangan telak 3-0 atas UNY di partai final menjadi bukti kematangan taktik dan mental timnya. Deden juga menekankan bahwa faktor utama kemenangan bukan hanya strategi, tetapi juga kekuatan mental dan ikatan emosional antar pemain.
"Kami tidak boleh cepat puas karena gelar juara nasional ini baru langkah awal. Tahun depan persaingan akan lebih ketat, jadi kami harus terus lapar dan memperbaiki diri. Saya akan bener-bener all out untuk mempertahankan pencapaian ini," ujar Deden dalam keterangannya dikutip Rabu (10/12).
Foto: Arsip Campus League |
Revaldo, pencetak dua gol, menegaskan bahwa kepercayaan pelatih dan rekan setim menjadi modal utama. Bagi Revaldo, setiap pertandingan adalah bentuk tanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh tim pelatih dan rekan-rekannya.
"Bisa mencetak dua gol di final dan membawa tim juara adalah kehormatan besar. Tapi ini bukan tentang saya saja, ini kemenangan seluruh tim. Kami sudah seperti keluarga, satu semangat untuk kampus dan kebanggaan bersama," ujar Revaldo.
Sementara di sektor putri, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berhasil mengunci gelar kampiun usai mengubur asa STKIP Pasundan Cimahi di pertandingan puncak dengan skor tipis 2-1.
UNJ membuka keunggulan cepat lewat kapten tim, Azra Zaifa Kayla, sebelum STKIP menyamakan kedudukan melalui Sarah Davi Aulia. Laga berlangsung ketat hingga satu menit jelang
pertandingan berakhir, Ade Flora Dwi Riyani mencetak gol kemenangan.
"Alhamdulillah bisa jadi gol kemenangan. DiUNJ saya masih berstatus mahasiswa baru, jadi semoga tahun depan saya masih bisa kembali memperkuat timUNJ mempertahankan gelar juara tahun depan," kataAde.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Arsip Campus League |
Pelatih UNJ, Nur Fitranto, menjelaskan bahwa pengalaman di tahap regional menjadi bahan evaluasi penting buat timnya. Meskipun UNJ tidak keluar sebagai juara di fase tersebut, mereka mempelajari pola permainan STKIP dari beberapa pertemuan sebelumnya.
Ia mengakui titik balik keberhasilan tim datang di babak semifinal, ketika para pemain menunjukkan kesiapan mental luar biasa menghadapi tekanan. Adaptasi terhadap sistem permainan yang sudah akrab dengan sistem waktu bersih di fase regional juga menjadi keunggulan tersendiri bagi UNJ.
"Kunci keberhasilan kami bisa menjadi juara ada di semifinal. Waktu itu saya lihat mental pemain sudah siap, apalagi kami sudah terbiasa dengan format waktu bersih dari turnamen di Jakarta. Dari situ saya bilang ke anak-anak, kalau fokus di sistem ini, InsyaAllah kami bisa juara," kata Nur.
Komitmen Bangun Ekosistem Olahraga Kampus
Campus League Futsal 2025 menjadi langkah awal penting dalam upaya membangun ekosistem olahraga kampus yang profesional di Indonesia.
CEO Campus League Ryan Gozali menjelaskan ajang perdana ini sukses menghadirkan total 64 tim dari berbagai kampus, dengan tiga tahap kompetisi mulai dari playoff kota, regional di dua kota yaitu Yogyakarta dan Jakarta, hingga babak nasional.
Meski keterbatasan waktu membuat pelaksanaan belum ideal, namun antusiasme peserta dan kualitas pertandingan menjadi indikator positif bagi pengembangan musim selanjutnya.
Menurut Ryan, Campus League akan memperluas jangkauan ke lebih banyak kota dan cabang olahraga. Tahun depan, setidaknya Bandung dan Surabaya juga akan bergabung sebagai tuan rumah tambahan, dengan kemungkinan ekspansi yang lebih luas.
Ryan mengungkapkan pihaknya juga sedang mempersiapkan hingga sepuluh cabang olahraga untuk musim 2026, termasuk futsal, basket, dan badminton sebagai pilar sports yang siap digarap secara profesional.
"Campus League Futsal sudah berjalan di dua kota regional dan final nasional di Jakarta, tapi ini baru permulaan dari perjalanan panjang Campus League. Tahun depan minimal akan ada tambahan Bandung dan Surabaya, bahkan mungkin ada kejutan lain yang sedang kami siapkan. Kami sedang memfinalisasi sekitar sepuluh cabor untuk musim 2026, dan futsal, basket, serta badminton akan menjadi pilar kami," kata Ryan dalam jumpa pers usai pertandingan.
Ryan juga mengonfirmasi bahwa meski disebut "Season Zero", seluruh pencapaian dan kemenangan tetap tercatat secara sejarah sebagai bentuk penghargaan bagi para peserta.
Namun, sistem trofi resmi baru akan dimulai pada "Season 1" tahun depan, dengan rancangan piala bergilir yang akan mencatat nama juara hingga 30 tahun ke depan-sebuah simbol komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan liga ini.
"Meski disebut Season Zero, juara dari sektor putra dan putri akan tetap masuk sejarah. Namun, piala resminya baru akan dimulai musim depan sebagai simbol tradisi yang berkelanjutan," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia (FFI), Michael Victor Sianipar menilai kehadiran Campus League sebagai langkah strategis dalam memperkuat ekosistem futsal nasional.
Ia menyebut kompetisi antarkampus ini menjembatani kekosongan yang selama ini belum terisi, yakni jalur pengembangan pemain dari level mahasiswa menuju dunia profesional. Campus League, menurutnya, menjadi ajang penting untuk mengidentifikasi dan membina talenta muda dengan standar kompetisi yang tinggi.
Michael menyebut bahwa FFI saat ini tengah melakukan restrukturisasi besar terhadap sistem liga nasional. Dengan hadirnya Liga Pro, persiapan Liga 2, dan perombakan Liga Nusantara, dibutuhkan pasokan pemain yang matang secara teknis dan mental. Dalam konteks ini, kompetisi di level kampus menjadi salah satu sumber potensial bagi klub-klub profesional di masa depan.
"Campus League hadir mengisi kekosongan yang selama ini ada, sebuah jembatan dari pemain kampus menuju level profesional. Dengan perubahan besar di ekosistem liga kita, kebutuhan pemain berkompetisi di jenjang yang lebih tinggi semakin mendesak," kata Michael.
"Kompetisi seperti ini menjadi peluang kami melihat langsung potensi pemain yang bisa memperkuat timnas. Tujuan akhirnya sederhana, yaitu memperkaya ekosistem futsal Indonesia dengan lebih banyak kompetisi dan kesempatan bagi para atlet untuk naik kelas," ujar Michael.