Nama Moh Zaki Ubaidillah alias Ubed sudah sering disebut-sebut sejak ia masih ditempa di PB Djarum. Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin tanpa ragu memamerkan Ubed sebagai salah satu bibit berbakat yang dimiliki oleh klubnya dan juga Indonesia.
Ubed lalu seperti melalui jalan tol dalam perjalanan kariernya. Mulus seolah tanpa banyak hambatan. Ia meraih medali perunggu dan perak dalam dua edisi Kejuaraan Dunia Junior terakhir. Meski tak berhasil jadi juara dunia junior, sosok Ubed sudah dipandang sebagai salah satu ujung tombak regenerasi tunggal putra.
Di tahun ini, Ubed makin terlihat menggeliat. Ia sudah mengoleksi dua gelar Super 100 sejauh ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringkatnya pun terus merangkak naik. Ubed sudah duduk di posisi 48 dunia, melampaui sejumlah nama yang merupakan senior dari dirinya.
Untuk ukuran atlet Pelatnas Cipayung, lantaran Jonatan Christie sudah keluar di pertengahan tahun, Ubed adalah tunggal putra nomor dua di Pelatnas. Ia hanya kalah peringkat dari Alwi dan juga Jonatan bila dihitung secara keseluruhan.
Artinya, pemilihan Alwi dan Ubed untuk tampil di SEA Games 2025 bukan semata-mata cerminan regenerasi. Mereka dipilih karena mereka adalah dua terbaik yang ada di Pelatnas Cipayung saat ini.
Tak mudah bagi Alwi dan Ubed untuk menanggung beban tampil sebagai tunggal andalan di SEA Games. Ajang SEA Games adalah gerbang ujian pertama bagi pemain-pemain yang nantinya diharapkan jadi andalan Indonesia di panggung dunia.
Pada langkah pertama, Alwi dan Ubed berhasil membawa Indonesia merebut emas di nomor beregu putra. Alwi dan Ubed menyumbangkan poin di babak final dan mengantar Indonesia menang 3-0 atas Malaysia.
Meski Kunlavut Vitidsarn tidak ikut serta dalam nomor individu, bukan berarti tugas Alwi dan Ubed menjadi semudah membalikkan telapak tangan. Masih ada Loh Kean Yew dan Jason Teh dari Singapura yang merupakan unggulan 1 dan 3 serta Leong Jun Hao yang jadi unggulan keempat. Belum lagi sosok pemain lain seperti Kantaphon Wangcharoen dan Justin Hoh yang juga bisa dibilang punya potensi merepotkan.
Namun pada akhirnya, Alwi dan Ubed bisa membuktikan bahwa mereka layak diandalkan. Alwi memaksimalkan status unggulan kedua dan bisa melaju ke final dengan mengalahkan pemain-pemain lain yang peringkatnya di bawah dirinya.
Moh Zaki Ubaidillah baru berusia 18 tahun. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI) |
Sedangkan perjalanan Ubed lebih spektakuler. Ubed bisa menyingkirkan Loh Kean Yew dan Leong Jun Hao yang merupakan unggulan 1 dan 4 dalam perjalanan ke final.
Berkat konsistensi Alwi dan kejutan Ubed, All Indonesian Final pun tercipta. Ubed menunjukkan keunggulan di gim pertama tetapi kemudian Alwi membalas di dua gim berikutnya.
Alwi merebut emas dan berdiri di poidum tertinggi sedangkan Ubed berdiri di sebelahnya dengan kalungan medali perak.
All Indonesian Final di SEA Games ini tentunya diharapkan hanya jadi tonggak penting dalam rivalitas Alwi dan Ubed. Banyak yang berharap Alwi vs Ubed akan jadi duel yang sering menghiasi banyak final di masa depan, terutama di ajang-ajang besar.
Setelah ini, perjalanan Alwi dan Ubed tentu bakal lebih terjal. Pemain-pemain papan atas bakal menanti untuk jadi batu sandungan. Dari aspek non-teknis, beban besar mereka sebagai andalan Indonesia tentu juga bakal makin terasa nyata di samping mereka.
Meski tak mudah, setidaknya keberhasilan Alwi dan Ubed menciptakan All Indonesian Final adalah secercah harapan. Alwi dan Ubed menghadirkan sinar hangat di tengah kekhawatiran bakal ada 'musim dingin' yang panjang dalam regenerasi tunggal putra Indonesia.
(rhr)