Sinar Hangat Ubed dan Alwi di Tengah Kekhawatiran Soal Regenerasi
Regenerasi seringkali jadi masalah di dunia badminton Indonesia. Tunggal putra juga sempat dipertanyakan soal regenerasi tetapi kehadiran Moh Zaki Ubaidillah dan Alwi Farhan di final SEA Games 2025 jadi penghancur kekhawatiran soal regenerasi, khususnya di tunggal putra Indonesia.
Indonesia sempat mengalami kekosongan generasi di tunggal putra. Gap yang sedemikian besar antara generasi Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso dengan generasi di bawahnya, menciptakan celah besar yang membuat Indonesia sempat tertinggal dari negara-negara lain.
Dalam ruang-ruang kosong itulah, PBSI kemudian memutuskan melakukan potong generasi. Nama-nama seperti Jonatan Christie, Anthony Ginting, Ihsan Maulana Mustofa, dan Firman Abdul Kholik dimajukan sebagai wajah utama. Mereka diorbitkan lebih cepat, melampaui generasi-generasi yang ada di atas mereka.
Hingga lebih dari satu dekade berlalu, nama Jonatan dan Ginting masih berkibar sebagai tunggal putra papan atas dunia. Jonatan bahkan kini masih menghuni lima besar sedangkan Ginting sedang mengalami penurunan sejak terkena cedera bahu di awal tahun.
Di tengah konsistensi Jonatan dan Ginting bertahun-tahun jadi andalan, jelas terselip kekhawatiran soal regenerasi. Sudah beberapa generasi baru terlewati, tetapi tidak ada yang benar-benar bisa berada di level Jonatan dan Ginting.
Chico Aura Dwi Wardoyo jadi junior yang paling mendekati namun kiprah terbaiknya hanya membuat dirinya duduk di peringkat belasan. Chico tidak pernah benar-benar jadi pemain papan atas dan bersaing dalam gelar-gelar bergengsi dunia.
Ketika Jonatan dan Ginting mulai memasuki periode usia puncak atlet, 26 dan 27 tahun, Alwi Farhan muncul dengan keberhasilannya menjadi juara dunia junior. Alwi Farhan merebut gelar bergengsi itu pada Kejuaraan Dunia Junior 2023.
Gelar juara dunia junior itu terbilang sangat prestisius di dunia badminton Indonesia. Pasalnya, Alwi Farhan adalah pemain tunggal putra pertama yang mampu memenangkan gelar tersebut. Sebelumnya, senior-senior Alwi termasuk Jonatan dan Ginting bahkan tidak mampu melakukannya.
Sukses jadi juara dunia junior itu yang kemudian membuat banyak mata memandang Alwi. Alwi dinilai sebagai sosok yang ditunggu-tunggu selama ini. Ia diyakini bisa mengemban tanggung jawab sebagai penerus Jonatan dan Ginting sebagai pembawa panji tunggal putra Indonesia di tahun-tahun yang akan datang.
Harapan besar itu jelas sebuah kehormatan tetapi di sisi lain juga bisa menjadi beban. Alwi berjuang beriringan bersama dua hal tersebut di dua tahun terakhir. Ia memenangkan Macau Open yang merupakan level Super 300 tetapi di sisi lain sering dibandingkan dengan Alex Lanier, rival seangkatannya yang sudah bisa menembus 10 besar.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>