Grafik peningkatan prestasi sedikit terlihat di semester kedua 2025. Racikan pasangan baru Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri membawa titik cerah bagi Indonesia.
Fajar/Fikri langsung menunjukkan kualitas dan bersaing di papan atas. Meskipun hanya meraih satu gelar di China Open Super 1000, Fajar/Fikri bisa masuk lima final.
Catatan impresif Fajar/Fikri terlihat jelas dari pergerakan mereka di ranking BWF. Hanya dalam waktu kurang dari enam bulan, Fajar/Fikri kini sudah bisa duduk di posisi keenam dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Fajar/Fikri, Jonatan yang memilih karier di jalur independen juga menunjukkan kebangkitan di semester kedua. Jonatan bisa menang di Korea Open, Denmark Open, dan Hylo Open.
Di kategori regenerasi, sejumlah nama mulai muncul mencuri perhatian. Alwi Farhan, Moh Zaki Ubaidillah, Raymond Indra/Nikolaus Joaquin, dan Jafar Hidayatullah/Felisha Pasaribu adalah cerminan regenerasi yang mulai mengapung ke permukaan di 2025 ini.
Selain itu ada perubahan pasangan di nomor ganda putri yang mulai kelihatan menggigit di pengujung 2025. Namun aksi-aksi pemain muda di 2025 tersebut masih sebatas jadi kuda hitam, belum sampai benar-benar merusak tatanan kekuatan yang ada saat ini.
Di antara rentet kegagalan dan kekecewaan, ada juga kemenangan penting yang layak dirayakan. Keberhasilan Indonesia merebut tiga medali emas di SEA Games 2025 adalah kemenangan yang patut dirayakan.
Keputusan PBSI memasukkan nama Sabar Karyaman/M. Reza Pahlevi jadi kunci penting di balik keberhasilan memenuhi target medali. Sabar/Reza yang juga berstatus pemain independen punya kontribusi besar di balik emas beregu putra sekaligus mempersembahkan emas di nomor ganda putra.
Keberhasilan Tim Badminton Indonesia melampaui target di SEA Games jelas patut dirayakan. Pasalnya, target awal mereka hanya dua keping emas yang bahkan sebelumnya sempat disebut hanya satu emas.
Namun di sisi lain, menjadikan keberhasilan di SEA Games sebagai sorotan utama jelas berarti ada bayang-bayang kegagalan besar di turnamen-turnamen lainnya. Hal itulah yang tidak boleh terulang dan akhirnya terus-menerus jadi kebiasaan.
(rhr)