Jakarta, CNN Indonesia -- Deretan mobil berjejer di Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016. Di kawasan megah itu mobil itu berderet rapi dan berkilau, dengan ragam harga.
Tapi, bukan para perempuan yang membuat tiap
booth Agen Pemegang Merek (APM) "mengkilap", melainkan mereka yang memastikan mobil-mobil yang ada tetap mengkilap dalam artian sebenarnya selama gelaran pameran dibuka sepanjang 11 hari di ICE, BSD Tangerang sejak 11 Agustus hingga 21 Agustus 2016.
Adalah Adit, Hendra dan Ugen, tiga di antara puluhan bahkan ratusan yang mengais rezeki dari pameran dengan target transaksi Rp5,7 triliun seperti tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka tidak langsung dikontrak oleh APM melainkan lewat pihak ketiga untuk terus mengelap mobil hingga licin dan memastikan tidak ada sedikitpun kotoran yang terlihat oleh mata.
Dengan berbekal cairan pembersih dan lap katun, mereka cekatan melihat mobil-mobil yang berdebu atau berbekas sidik jadi karena banyaknya pengunjung yang ingin mencoba mobil-mobil tersebut. Sekedar berfoto-foto agar keren atau benar-benar ingin membelinya, yang mereka pastikan adalah mobil-mobil tetap mengkilap.
"Saya memastikan kalau mobil ini tetap bersih.
Kan banyak pengunjung yang pegang mobil kita lap terus," kata Hendra, saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com,
Untuk satu
booth APM, Hendra mengatakan ada sekitar 9 orang untuk satu shift. Ketimbang menganggur, Hendra mengaku lebih baik mengambil pekerjaan ini dan mengisi waktu.
 Ugen, Adit dan Hendra mengaku senang menjadi pengelap mobil di GIIAS 2016 (CNN Indonesia/ Hafidz Mukti) |
"Lumayan mengisi waktu, bayarannya
ya disyukuri saja. Kami dibayar Rp80 ribu per hari," ujar Hendra. Untuk sebelas hari, Hendra dan rekannya mendapatkan Rp880 ribu, bersih.
Harus sudah siap sejak pagi, mereka memulai tugasnya tepat 07.00 WIB dengan delapan jam kerja dan diteruskan oleh shift berikutnya.
Di booth lain, salah satu merek mobil premium Lexus dan Mercedes Benz, para pengelap mobil ini mengaku dibayar tidak jauh dari rekan-rekannya. Bahkan, salah satu pengelap mobil di booth Lexus mengaku hanya mengelus dada melihat 'mainan' mewah yang tidak mungkin bisa dimilikinya.
"Buat mimpi saja saya tidak berani. Sampai mati juga tidak mungkin pakai mobil beginian," kata seorang pengelap mobil Lexus yang enggan disebutkan namanya.
Gemerlap pameran mobil yang di klaim terbesar di Asia Tenggara ini seakan menjadi alienasi bagi mereka yang serasa begitu dekat dengan produk-produk "dibuatnya" namun tak ada satupun kesempatan untuk memilikinya.
Tidak hanya para pengelap mobil, para pendukung di luar mereka yang berafiliasi dengan pabrikan pun mengeruk untung, meski tidak seberapa. Petugas keamanan, para
sales promotion girls (SPG), terkadang luput dari perhatian pengunjung, mereka diuntungkan, meski jauh bagi mereka merasakan berlagak kaya raya punya mobil untuk jadi tunggangan.
(pit/tyo)