Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi Anda yang menggunakan mobil untuk berpergian jauh menyambut libur panjang Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Agar aman selama berkendara, apalagi dengan jarak tempuh jauh sebenarnya tidak ada perlakuan khusus kepada mobil Anda, cukup dengan servis berkala.
"Kalau itu trend ya, misal beberapa minggu sebelumnya akan melakukan servis. Terlepas itu servis berkala rutin atau, hanya pemeriksaan untuk pengendaraan jarak jauh, umumnya kan jarak jauh nih," kata Instruktur Mekanik Toyota Selamet saat ditemui CNNIndonesia.com di kantornya, kawasan Depok, Rabu (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Servis berkala biasanya, meliputi pengaturan emisi gas buang, chassis, body, oli mesin, sistem saluran pendingin mesin dan minyak (rem, kopling dan
power steering). Serta, pergantian oli mesin, performa mesin, sistem rem dan ban (tekanan, rotasi dan balancing roda depan).
Menurutnya, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada tiap kendaraan, baik akan digunakan jarak jauh, maupun dekat. Tetapi, bila customer menyampaikan akan keinginannya berkendara jarak jauh, akan ada beberapa himbauan.
“Tidak fair membedakan servis menempuh perjalanan jauh atau tidak. Tapi biasanya ada penjelasan, untuk jarak jauh kalau ada apa-apa bisa hubungi Toyota terdekat. Misal arah mana, kasih thau. Misal ke Yogyakarta, kalau ada apa-apa bisa ke bengkel terdekat, ada kok alamatnya di buku servis," ujarnya.
Selamet juga mengingatkan, bagi pengendara roda empat untuk selalu melengkapi peralatan kendaraan tambahan jika bepergian. Selalu cek, kelengkapan tambahan, yang mana akan digunakan pada keadaan darurat.
"Kami himbau untuk membawa
tools-tool
s tambahan yang di luar standar dari toyota. Misal, setiap kendaraan dilengkapi dengan dongkrak, ban cadangan. Seperti itu, atau lampu emergency, senter, kunci-kunci dan segala macam," ungkapnya.
Perhatikan Fisik Pengemudi dan Rute PerjalananMeskipun kendaraan sudah dalam kondisi prima untuk menempuh perjalanan jauh, ternyata itu semua belum cukup agar aman selama berkendara di jalan.
Kepada
CNNIndonesia.com, Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan ada beberapa catatan yang musti dipersiapkan menjelang atau dilakukan pada perjalanan Anda.
Menurutnya, langkah pertama, yaitu kondisi kendaraan dengan pengemudi haruslah sejalan. Artinya, prima saat menempuh jarak tidak biasa.
Berbicara jarak jauh, kata dia, pengemudi wajib mempersiapkan atau tahu rute yang akan dilalui. Tidak lupa, dengan berbagai jalur alternatif.
"Apakah rute itu aman, terlebih musim hujan, apa itu daerah yang potensi longsor, banjir. Makanya tentukan jalur alternatif juga. Sebagai antisipasi jika dia terjebak di rute-rute tadi. Tidak meraba-raba, apalagi itu ialah perjalanan ke luar kota," ujarnya.
Bagi dia, mempersiapkan rute yang akan dilalui penting. Semisal, di mana lokasi pengisian bahan bakar, atau tempat beristirahat. Jangan sampai, lokasi istirahat malah dapat membahayakan.
"Jadi tidak sembarangan, kecuali dalam kondisi misalkan darurat," kata dia.
Untuk tetap bugar saat berkendara, ia berujar, berhenti sejenak untuk beristirahat wajib dilakukan. Maksimal, dalam tempo 120 menit, pengemudi harus menentukan lokasi beristirahat. Jadi, tidak harus terus memaksakan perjalanan.
"Setelah melakukan dua jam perjalanan terus menerus, maka kondisi fisik akan turun. Ketika turun kemampuan persepsi motorik akan turun. Kemampuan mata akan turun. Pastikan setiap dua jam turun, dan break," ungkapnya.
Kata Jusri, itu semua tergantung kepada kondisi fisik pengemudi. Jika merasa tidak lagi prima, disarankan untuk segera memarkirkan kendaraannya.
"Kalau belum dua jam udah letih, ya baiknya tetap berhenti. Tergantung manusianya. Ketika mengalami tanda-tanda keletihan, menguap, melamun, ya harus berhenti dan istirahat. Mungkin dia perlu refresh. Perlu relaksasi, mengurangi ketegangan pada tubuh," kata dia.
Ia menambahkan, untuk tekhnik mengemudi biasakan pengendara mempunyai mental antisipatif. Itu bertujuan, agar lebih berhati-hati terhadap bahaya yang akan terjadi di jalan.
"Mengantisipasi bahaya di depan. Jangan pernah berasumsi, orang-orang yang ada di depan itu sesuai di otaknya. Jadi harus siaga, jika ada sesuatu yang terjadi di depan," kata dia.
(tyo)