Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan kendaraan roda empat buatan Inggris untuk Amerika Serikat mengalami peningkatan. Kenaikan berkisar di angka 50 persen di 2016, ketimbang tahun sebelumnya. Dapat dikatakan, mobil Inggris semakin digemari oleh pecinta otomotif di negeri Paman Sam saat ini.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Produsen dan Pedagang Kendaraan Bermotor Inggris, hampir 200 ribu unit mobil asal Inggris dikirim menuju Amerika di 2016. Ekspor tersebut membantu produsen otomotif Inggris untuk mencapai produksi tertingginya selama 17 tahun terakhir.
Sementara, hanya 40 ribu unit mobil asal Amerika yang terdaftar di Inggris raya selama tahun kemarin. Bagi Inggris, Amerika ialah pasar terbesar untuk melakukan ekspor produk otomotifnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permintaan mobil buatan Inggris meningkat tajam usai mata uang negara terserbut turun setelah referendum British Exit. Pound turun sekitar 16 persen dan mencapai titik terendah dalam 31 tahun.
Buatan Inggris yang menjadi favorit Amerika Serikat, diantaranya Honda Civic, Range Rover Sport dan Jaguar Xes. Menurut data yang dikeluarkan oleh Tracker Autodata, mobil tersebut masuk ke dalam rekor mobil dan truk yang dibeli oleh Amerika tahun lalu.
Namun, data-data tersebut nampaknya akan segera berubah. Mengingat, sebelum dilantik, presiden negara tersebut, Donald Trump sudah mengintimidasi beberapa produsen otomotif, baik itu melalui Twitter maupun saat pertemuan di Gedung Putih. Hal yang dilakukan oleh Trump, sebagai upayanya dalam membuat mobil di negerinya, dan berhenti mengambil mobil dari luar.
Sejak 2000 silam, Amerika sudah kehilangan kurang lebih lima juta pekerjaan yang menyangkut manufaktur. Trump langsung menuding Meksiko atas hilangnya pekerjaan Amerika. Ekspor terbesarnya kepada Amerika menyangkut mobil dan suku cadang, mencapai $78 miliar pada 2015.
Saat ini Trump sudah menjadwalkan pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Pertemuan yang diagendakan hari ini itu kemungkinan akan membahas kesepakatan dagang antar kedua negara tersebut.
Dari data yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi Amerika Serikat, Amerika dan Inggris sudah melakukan transaksi perdagangan sebesar $235 miliyar untuk 2015.
Tetapi, tidak mudah untuk bernegosiasi dengan Inggris soal transaksi perdagangan, karena negara tersebut masih menjadi anggota Uni Eropa. Negosiasi mengenai transaksi perdagangan baru dapat dilakukan antar keduanya, dua tahun mendatang atau setelah Inggris resmi mundur dari Uni Eropa.
Trump tampaknya tidak bisa semudah itu melakukan tekanan seperti yang ia lakukan terhadap Ford, General Motors, Toyota dan sejumlah merek lain. Namun tidak bagi merek-merek asal Inggris.
(pit)