Singapura, CNN Indonesia -- Tim FLUX dari De La Salle University berhasil jadi juara pertama driver world championship (DWC) di Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2017. Meskipun dalam tes keiritan bahan bakar mereka gagal, yang membuat mereka kesulitan, setidaknya untuk menembus dominasi Indonesia.
Diakui oleh Dosen Pembimbing Tim FLUX Manny Biona, sejak awal pihaknya tahu takkan bisa mengalahkan tim dari Indonesia, terutama soal keiritan. Sehingga konsentrasi mereka sejak awal adalah membangun mobil yang cukup irit, tapi mampu kencang di arena balapan.
"Jadi kami membangun mobil memang untuk race karena kami tahu Indonesia jago irit. Kami membuat mobil yang balance antara stiffness dan ringan bobotnya," kata Manny, di Changi Exhibition Centre, Minggu (19/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mobil mereka dibangun dengan mesin sepeda motor merek Suzuki berkapasitas 110 cc. Diakuinya, bahwa pihaknya memodifikasi Electronic Computer Unit (ECU) dari mesin itu.
Bahkan saking pentingnya bagian itu, untuk lomba SEM tingkat global di London, Mei mendatang, pihaknya akan segera belanja. Sebuah ECU baru yang bisa ditulis ulang dengan angka parameter baru, demi menjamin keseimbangan itu.
"Mungkin kami akan cari di Jepang. Jadi bisa kami perbaiki beberapa hal seperti injection setting," kata Manny.
ECU atau unit kontrol elektronik berfungsi untuk melakukan optimasi kerjanya mesin kendaraan. Di sebuah mobil, biasanya ada beberapa ECU. Semisal ECU untuk kontrol injeksi bahan bakar, kontrol waktu pengapian, dan kontrol waktu katup.
Mode-mode operasi mesin yang dikontrol oleh ECU biasanya mencakup mode start, saat banjir bensin, waktu berjalan, akselerasi, deselerasi, pemutus aliran bensin, pemutus bensin secara selektif, mode backup, dan koreksi tegangan baterai.
Ketika ditanya apakah pihaknya memakai teknologi hibrid di kendaraannya dengan menambah fuel cell di mesin bensin mereka, Manny tak menjawab jelas. Dia hanya mengatakan bahwa pihaknya beruntung bisa jadi pemenang pertama karena gugurnya tim dari Indonesia saat kualifikasi sebelum racing.
Dia contohkan tim Sadewa dari Universitas Indonesia, yang jadi pemenang di kontes irit kategori urban concept.
"Kami hanya beruntung. Mungkin kami bisa menang karena banyak tim Indonesia didiskualifikasi. Khususnya tim dari UI," kata Manny.
"Kami tak sangka tim UI didiskualifikasi. Kalau seandainya mereka bisa masuk, mungkin kami akan susah menang," tambahnya sambil tersenyum.
Tim Sadewa memang tak bisa ikut perlombaan DWC karena dianggap tak lolos tes awal akibat tak memenuhi standar pengereman.
(les)