Mengintip Rahasia Jalanan Bebas Macet di Singapura

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jun 2017 17:50 WIB
Selain mengandalkan rute utama, pemerintah Singapura menggandeng perusahaan swasta untuk menyediakan transportasi di jalur khusus agar tidak ada kemacetan.
Ilustrasi jalan raya (Foto: ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Singapura merupakan salah satu kota paling sibuk di Asia Tenggara. Namun berbeda dengan Bangkok dan Jakarta yang kerap dihiasi dengan kemacetan lalu lintas di jalan raya, hal serupa seakan absen di sana. Lantas apa rahasianya?

Director Data Science Government Digital Services dari Government Technology Agency of Singapore (GovTech), Liu Feng-Yuan menuturkan ada perlakuan khusus yang dilakukan pemerintah Singapura agar penduduknya tidak mengeluhkan kondisi kemacetan di jalan.

Sama halnya dengan Jakarta, Singapura sebenarnya tidak memiliki pertumbuhan infrastruktur jalan yang cukup untuk mengakomodir pertumbuhan penduduk yang saat ini berjumlah 5,5 juta jiwa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan jalan hanya terjadi di 12 persen area, jauh lebih kecil dibanding 14 persen pertambahan jumlah perumahan. Untuk itu, GovTech membuat dua tipe rute jalan yakni jalur utama dan jalur yang disebut Beeline.

Rute jalan ini berbeda dari rute utama yang tak pernah berubah dan difasilitasi dengan transportasi massal seperti MRT dan SBS. Beeline difasilitasi oleh kendaraan perusahaan swasta atau pihak ketiga seperti Grab untuk melayani rute yang lebih dinamis.

"Kami terbuka tidak hanya bekerja dengan Grab untuk semua operasional jalur Beeline. Pemerintah menanti kerjasama dengan pemain lain yang tertarik untuk mengembangkan inovasi dengan moda dan opsi berbeda berbasis teknologi," terang Feng-Yuan kepada CNNIndonesia.com.

Sekedar informasi, yang dimaksud dengan rute dinamis yakni fleksibiltas ketersediaan bus pengampu (shuttle) untuk mengangkut penumpang sesuai permintaan jumlah dan jalur. Kerjasama GovTech dan Grab misalnya, hanya melayani rute-rute yang dibutuhkan pengguna.

GovTech menilai jalur Beeline tak ubahnya makhluk hidup yang kadang bisa berkembang namun bisa pula mati. Selain itu, kerjasama sejenis ini diharapkan dapat menambahkan opsi bagi penduduk yang daerahnya tidak terjangkau transportasi massal.

"Saat ini kami punya 47 rute, tetapi ada juga rute yang bisa ditambah jika permintaan tinggi dan ada juga yang dimatikan karena tidak dibutuhkan," terang Lim Kell Jay selaku Head of Grab Singapore.

Beeline telah dibangun pemerintah Singapura sejak 1,5 tahun yang lalu. Saat ini, mereka telah memiliki 100 rute dinamis yang bekerjasama dengan delapan perusahaan transportasi.

Beberapa rute tersebut dapat diakses melalui situs GovTech atau aplikasi ponsel pintar. Dari sana, penduduk Singapura bisa mengakses rute yang tersedia di area tertentu dan melihat jadwalnya serta memesan perjalanan.

Namun, bagi yang ingin memanfaatkan layanan ini harus mendebitkan sejumlah uang menggunakan kartu kredit. Jika jumlah penumpang telah cukup, maka satu perusahaan akan akan menyediakan bus pengampu. Jumlah minimal kuota ditentukan oleh masing-masing perusahaan mulai dari 20 hingga 30 penumpang untuk satu keberangkatan di satu jalur.

"Jika jumlah penumpang tidak memenuhi kuota, maka perjalanan akan dibatalkan dan uang Anda kembali. Untuk urusan tarif, kami menyerahkan pada setiap perusahaan. Beberapa rute terbuka untuk umum, namun beberapa hanya tersedia untuk karyawan suatu perusahaan," tambah Feng-Yuan.

Rute berdasarkan hasil rembukan (crowdsourcing) ini bisa dimulai setelah 1-2 bulan permintaan dan tujuan utamanya memang bukan untuk mendapatkan keuntungan. Namun, pemerintah memungkinkan perusahaan swasta untuk mengambil keuntungan.

Sistem seperti ini, kabarnya juga akan dibawa Grab ke Indonesia melalui GrabShuttle. Namun saat dikonfirmasi, pihak Grab belum bisa memastikan kapan hal itu terealisasi.

Sementara itu, di masa depan GovTech berencana menghadirkan moda mobil tanpa pengemudi secara lebih luas di jalanan Singapura.

"Otoritas transportasi sudah berencana mengoperasikan bus dan mobil tanpa pengemudi. Kami terbuka dengan inisiatif para kontraktor, tapi sejauh ini proyek masih sebatas pilot proyek, terbatas di beberapa area di Singapura,” tutupnya.
(evn/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER