Jakarta, CNN Indonesia -- Kemunculan skuter listrik ramah lingkungan, Yamaha E-Vino di Indonesia memang belum memasuki tahap pemasaran dan produksi massal. Baterai sebagai komponen inti dipastikan akan menjadi salah satu hambatan yang bisa micu harga jual yang relatif tinggi untuk sebuah kendaraan ramah lingkunagn.
Executive Vice President Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Dyonisius Beti mengungkapkan kekhawatiran komponen inti kendaraan yang justru menjadi membuat masyarakat tak bisa membelinya.
"Perkembangan teknologi baterai belum mencapai harga terjangkau. Baterai itu komponennya masih mahal. Saat ini kalau dipasarkan di Indonesia mungkin tidak bisa mencapai skala ekonomi. Itu salah satu faktor penghambatnya," kata Beti di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/11).
Ia justru mempertanyakan peran pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian dan pemasok yang bisa membantu menekan ongkos produksi baterai kendaraan. Beti lebih lanjut berharap produsen kendaraan listrik bisa menggunakan baterai dengan standar yang sama untuk mendorong adopsi teknologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan cara itu menurutnya, keuntungan yang diterima masyarakat bukan sebatas embel-embel ramah lingkungan tetapi juga performa kendaraan.
"Saya lihat nilai motor listrik Eropa dan Amerika, harganya Rp100 jutaan lebih. Tapi kecepatan kendaraan kalah dibandingkan motor bensin. Jadi keuntungan konsumen dari sisi energi hijau saja, untuk itu masih banyak faktor yang harus kami pelajari bersama," kata dia.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, mengakui jika memang belum ada industri baterai untuk kendaraan di tanah air.
Menurutnya, saat ini belum ada satu investor yang tertarik menanamkan investasi di industri baterai. "Belom ada (industri baterai), jadi sebetulnya yang harus kita tarik adalah investor untuk bangun baterai di sini," kata dia.
Salah satu pertimbangan investor menurut Putu lantaran pertumbuhan kendaraan listrik di tanah air masih kecil. Namun, Putu berjanji, sembari berjalan pihaknya bakal mencari investor untuk mendukung industri kendaraan listrik. "Bagaimana kalau volumenya kecil? Industri
kan melihat itu. Mungkin nanti saat industrinya besar baru
deh tertarik untuk investasi. Tapi kami coba cari untuk yang berminat berinvestasi," kata Putu.
(evn)