Jakarta, CNN Indonesia -- Peraturan baru terkait impor mobil yang masuk ke Vietnam membuat sejumlah produsen otomotif dalam negeri gigit jari.
Diberitakan sebelumnya, Vietnam menerapkan regulasi baru berkaitan dengan uji tipe dan uji emisi dalam regulasi nomor 116 tentang Overseas Vehicle Type Approval (VTA). Ini salah satu langkah Vietnam untuk menggenjot investasi dalam negeri. Keputusan pemerintah Vietnam ini membuat pabrikan kendaraan Tanah Air menunda ekspor mobilnya ke negara tersebut.
Regulasi itu mulai dirasakan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Pabrikan mobil merek Jepang itu sudah mulai menunda ekspor produknya ke Vietnam sejak awal Januari 2018.
Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono mengatakan bahwa pihaknya telah bakal mengalami kerugian di awal tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau itu (penundaan) berlanjut terus, akan berdampak," kata Warih yang enggan menyebutkan nominal kerugian, Senin (29/1).
Warih juga menjelaskan, produk utuh atau completly build up (CBU) yang diandalkan untuk ekspor menuju Vietnam adalah Toyota Fortuner. Dan sisanya, TMMIN mengekspor Innova dalam bentuk completly knock down (CKD) dan beberapa mesin.
Sedangkan, Toyota sendiri kini memiliki 80 negara tujuan ekspor, sudah termasuk dengan Vietnam. Untuk tahun lalu, periode Januari-November ekspor Toyota mencapai 190 ribu unit kendaraan utuh, naik 20 persen dari 2016. Paling dominan berdasarkan jumlah tersebut, berasal dari Fortuner sebesar 35 persen.
Sementara itu dari total ekspor mobil Toyota, negara tujuan Vietnam jumlnya mencapai 12 ribu unit per bulan. Jumlah tersebut dipastikan akan menguap per bulannya jika kebijakan pemerintah Vietnam terus berlanjut.
Seperti kita kehatui, produsen mobil Jepang mengimpor mobil ke Vietnam dari Thailand, Indonesia dan Jepang mencapai sekitar seperlima dari pasar Vietnam, atau 1.000 unit per bulan. Model yang diimpor meliputi pikap Hilux, Yaris, Fortuner dan Lexus.
"Pasar Vietnam melambat tahun lalu dengan jelas karena konsumen menahan diri untuk tidak membeli saat mereka menunggu penghentian tarif pada akhir 2017," kata Presiden Toyota Motor Thailand Michinobu Sugata.
Menjaga hubungan diplomatik dengan IndonesiaDi sisi lain, usia hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia kini mencapai 60 tahun, pada 20 Januari 2018. Hubungan keduanya pun telah terjadi dalam berbagai bidang, termasuk bisnis dan industri.
Tak pelak, kerjasama itu membuahkan banyak investasi yang dibenamkan Jepang di Tanah Air. Dalam data Kementerian Luar Negeri saja, Jepang tercatat menjadi investor kedua dan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Selain itu kedua negara telah melakukan Strategic Partnership for Peaceful and Prosperous Future yang ditandatangani pada 28 November 2006 serta Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 20 Agustus 2007.
Sementara itu masih dalam data Kementerian Luar Negeri, nilai Investasi Jepang di Indonesia pada 2016 mencapai $US 5,4 miliar, sedangkan hingga kuarter ketiga 2017, nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 4 miliar.
Dan pada bidang industri, sektor otomotif Jepang mungkin paling mengakar di dalam negeri. Berbagai brand asal Jepang hadir dalam persaingan bisnis kendaraan di Indonesia, salah satunya Toyota.
Sehingga, untuk memperingati itu Toyota memilih menanam Sakura di salah satu wilayah Indonesia, tepatnya di bawah kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah. Sakura sendiri merupakan salah satu tumbuhan yang identik dengan Jepang. Ada sekitar 60 bibit pokon Sakura asli yang ditanam pada dalah seluas 1,2 hektar sebagai tahap awal. Ke depan, sampai Maret 2018 direncanakan bakal menanam 40 bibit yang sama.
"Penanaman perdana kami 60 bibit, itu sekaligus sebagai simbol memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang," jelas Warih.
Selain menanam tumbuhan khas Jepang di Indonesia, menurut Warih, sebagai langkah lanjutan tidak menutup kemungkinan bakal ada tumbuhan asal dalam negeri yang ditanam Toyota pada markasnya di Jepang.
Sebagai informasi, Toyota mulai mengembangkan sayap bisnisnya di Indonesia sejak April 1971 melalui Toyota Astra Motor (TAM). Kemudian, pada Juli 2003 Toyota meresmikan divisi perakitannya yaitu TMMIN. Sementara, nilai investasi Toyota di Indonesia sampai 2016 berjumlah Rp18 triliun.
(mik)