Cerita 'Jenderal' Moeldoko Membangun Bus Listrik Nasional

M. Ikhsan | CNN Indonesia
Kamis, 15 Feb 2018 13:48 WIB
Moeldoko punya visi memajukan masyarakat Indonesia dengan mendirikan PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang memproduksi bus bertenaga listrik.
Moeldoko punya visi memajukan masyarakat Indonesia dengan mendirikan PT Mobil Anak Bangsa. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Purna tugas dari posisi Panglima TNI sejak 8 Juli 2015 tidak lantas membuat Moeldoko berhenti memajukan masyarakat Indonesia. Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur pada 8 Juli 1957 itu pun membangun semangat kerja anak bangsa dengan mendirikan PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang memproduksi bus bertenaga listrik.

Perusahaan bus yang dibangunnya sejak 2016 itu memang belum terlihat hasilnya, namun setidaknya PT MAB yang memperkerjakan anak-anak bangsa itu sudah berhasil membangun satu bus prototipe dan sukses tanpa cacat dalam tahap uji coba 1.000 km pertama. Hanya ada beberapa perbaikan sebelum mencapai tahap produksi massal.

Tokoh militer Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia sejak 17 Januari 2018 tersebut mengaku sangat serius membangun bus listrik untuk kebutuhan angkutan perkotaan dan digunakan untuk mengantar penumpang dari dan ke pesawat saat pesawat udara parkir jauh dari ruang tunggu bandar udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNNIndonesia.com sempat berbincang-bincang dengan Moeldoko. Dalam kesempatan itu, Ia menjelaskan bahwa produksi massal bus listrik tinggal tunggu waktu setelah penyertifikatan keluar dan dinyatakan legal. Berikut hasil wawancara CNNIndonesia.com dengan Moeldoko.

Tanya (T) Asal mula berdirinya PT Mobil Anak Bangsa (MAB)?

Jawab (J) Sebenarnya kita ke belakang dulu, kita berbicara tentang ide besar dulu atau gagasan. Waktu saya Wakil Gubernur Lemhanas (2013), saya membaca surat kabar bahwa ada anak Indonesia yang bekerja di Sony. Dia salah satu dari 10 orang (penting) di Sony orang Indonesia, dia bekerja di Jepang dan kembali ke Indonesia ingin mengembangkan talent dia Indonesia.

Lalu suatu saat saya undang dan ajak diskusi tentang baterai. Dia ahli manajemen baterai. Dari situ yang menginspirasi saya, berfikir bahwa masa depan adalah baterai. Baterai adalah masa depan. Dan itu pandangan saya tentang baterai saya pelihara terus dari waktu ke waktu ya.

Akhirnya saya punya keinginan untuk mewujudkan impian saya, yang pertama saya ingin membangun bus listrik. Dari perkembangan pelan-pelan dan seteruskan sampai ke pemilkiran ini kalau begitu dikasih nama Mobil Anak Bangsa (MAB).

Kebetulan ada teman di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) berbicara tentang baterai, lalu teman dari ITB (Institut Teknologi Bandung) juga berbicara tentang baterai. Suatu saat saya diajak mengunjungi pabrik baterai yang ada di Shanghai, China, saya ikut ke sana. Gagasan saya semakin menggelora ya. "Wah ini harus segera saya wujudkan". Akhirnya saya punya keinginan mewujudkan keinginan saya. Pertama, saya ingin membangun bus listrik. Perkembangan pelan-pelan dan seterusnya, sampailah pada pemikiran kalau begitu dikasih nama Mobil Anak Bangsa (MAB).

Tanya (T) Jabatan Pak Moeldoko di MAB?

Jawab (J) Awalnya saya memang sebagai inisiator dan owner ya karena kapitalisasi semua disiapkan dari saya. Saya posisi di sana, Presiden Direktur. Tapi sambil saya sibuk tenggelam di pertanian, akhirnya saya serahkan direktur utamanya itu kepada Pak Leonard untuk menjalankannya. Tapi sampai saat ini saya masih terlibat terus dalam pembangunan (bus listrik).

Pada Agustus (2017) bus sudah bisa saya wujudkan, pada Agustus itu bus listrik sudah bisa jalan. Itu prototipe pertama ya.

Selanjutnya saya mengundang berbagai stakeholder dari Kementerian Perhubungan lalu Perindustrian, ESDM kemudian PLN, KLHK dan seterusnya. Kami undang, setelah itu saya ajak untuk mencoba bus listrik prototipe pertama itu. Prototipe pertama itu ada dua pintu.

Kami sudah uji coba 1.000 km pada prototipe pertama, itu alhamdulillah berjalan baik. Ada beberapa perbaikan, di antaranya sistem pengaturan kontrolnya. Kami uji coba lagi ke Magelang. Nanti dari Magelang akan ke Surabaya. Dia berjalan 534 km. Dan hebatnya, teori awal kami itu penggunaan (menghabiskan daya) listrik tinggi, ternyata tidak.

(Dalam uji coba pertama) 1 km perjalanan mengabiskan 0,61 kwh ini sama dengan Rp800,- per km. Berarti kalau dibandingkan dengan BBM luar biasa bedanya, kami juga tidak menyangka seperti ini.

Tanya (T) Apakah akan ada model truk?

Jawab (J) Pertama fokus bus. Untuk tahap kedua, prototipe kedua sekarang sedang kami bangun. Kalau kemarin prototipe pertama di Restu Ibu sebagai karoseri. Yang kedua, relatif cukup dari anak-anak kami ya, ini kami bangun di New Armada perusahaan karoseri di Magelang. Nah ini sudah kerja lagi, harapan kami pada 1 Maret sudah bisa kami ikutkan pameran (prototipe kedua).

Tanya (T) Bagaimana dengan motor listrik dan casis?

Jawab (J) Untuk motor listrik, baterai dan sistem masih kami datangkan (dari luar negeri). Untuk kabel high dan low voltage juga masih kami datangkan. Tapi casis sudah kami tangani sendiri (gandeng perusahaan casis lokal). Kami kerjasama dengan perusahaan casis di Indonesia, Yudistira. Tapi desain (eksterior) kami yang tentukan.

Tanya (T) Indonesia belum siap dengan kendaraan listrik. Bagaimana tanggapan Pak Moeldoko?

Jawab (J) Saya pikir, kita itu kekurangan listrik di daerah tertentu ya. Untuk mobil itu untuk di airport atau kota besar ya saya pikir tidak akan ada masalah. Jadi menurut saya tidak ada masalah. Memang pemerintah mencanangkan kendaraan listrik start-nya di 2024. Tapi kalau memang sudah kami mulai, ya kenapa tidak.

Saya ingat dari Presiden punya keinginan yang kuat untuk membangun mobil listrik di Indonesia, dan ini keinginan Bapak Presiden yang bisa saya wujudkan.

Tanya (T) Berapa banyak kandungan lokal konten bus listrik MAB?

Jawab (J) Jadi kalau kami hitung-hitung berapa persen dari total lokal konten MAB, ya kurang lebih 60 persen lokal konten. Dalam pengembangan ke depan, kami belum bermitra tetapi brainstorming sudah mulai beberapa perusahaan asing mendekat ke kami. Di antaranya dari Jerman ya, mereka juga ingin mass produksinya di Indonesia. Di antaranya seperti pengembangan suspensi, steering system, brake system.

Berikutnya dari Korea Selatan, kemarin saya terima sendiri. Pengembangan ke depan untuk berikut baterai dan interior. Lalu charge baterai yang lebih cepat lagi. Proses pengisian daya listrik bus masih dua setengah jam ya. Tapi itu bisa jalan kurang lebih (sejauh) 250-300-an km. Ke depan harus lebih cepat (proses pengisian daya listrik).

Lalu dengan Jepang kami juga sudah panjang lebar berbicara, berfikir tentang teknologi advance baterai. Di antaranya bagaimana memikirkan charging, bisa sampai sampai 5-10 menit, ya fast charging. Kan kalau segitu bisa sama seperti kita lagi isi BBM, malah bisa lebih cepat.

Berikutnya dengan China, kami sangat intens pengembangan baterai di Indonesia. Dari kontrol sistemnya, kabel dan seterusnya. Setidaknya, sementara ini empat negara sudah sangat intens berbicara dengan tim saya (MAB). Harapan kami nanti, semua bisa dibangun di Indonesia. Jadi kita bisa memiliki industri mobil yang kuat.

Tanya (T) Tahun berapa mulai produksi massal?

Jawab (J) Kalau sebenarnya kita sudah bisa membangun mass produk. Satu kita bicara desain untuk casis sudah ada, tinggal nanti kita bicara dengan Yudistira. Bicara tentang kesiapan yang lainnya seperti suspensi sekarang dari Jerman juga sudah mendukung. Tapi pengembangan ke depan bisa di Indonesia.

Tanya (T) Di mana letak fasilitas pabrik MAB?

Jawab (J) Rencananya di Sumedang, Jawa Barat.

Tanya (T) Berapa banyak dana investasi yang dikucurkan?

Jawab (J) Dana investasi awal yang sudah saya sudah keluarkan belum terlalu banyak. Karena saya belum bicara tentang infrastruktur (fasilitas pabrik). Kan sekarang model, merek tidak harus punya pabrik ya. Banyak tukang 'jahitnya'. Seperti merek pakaian terkenal, itu mereka tidak punya pabrik.

Sama konsep itu saya adopsi, jadi tidak harus memiliki pabrik. Tapi saya punya ide besar dan gagasan, punya desain. Berikutnya untuk sasis di Indonesia, Yudistira sudah bisa membuat sasis, saya mau buat bodinya saya bisa hubungi New Armada, saya perlu yang lain-lain itu tinggal melengkapi dan seterusnya.

Nah nanti kami kalau sudah berkembang, baru kami berfikir bagaimana membangun pabrik sendiri. Tapi menurut saya terlalu tinggi investasinya. Mengapa harus mengeluarkan investasi begitu besar? sepanjang ide besar (tetap) bisa kami wujudkan, semua bisa digerakkan. Sehingga, distribusi pekerjaan itu bisa dikerjakan oleh banyak pihak.

Tanya (T) Apa kontribusi dari MAB untuk anak bangsa?

Jawab (J) Saya harapkan (bus listrik) nanti itu menjadi miliknya anak bangsa. Makanya saya akan share (bagikan) lima persen (saham PT MAB) akan saya diberikan kepada anak Indonesia siapa pun yang bisa berkontribusi atas pengembangan mobil listrik ke depan. Mungkin bisa dari desain, lalu hal lain. Banyak yang bisa dikembangkan, dari suspensi, steering system-nya dan lainnya. Lalu kelistrikan juga. Masih banyak yang diperlukan keterlibatan anak-anak kita ini.
[Gambas:Video CNN] (mik)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER