Renault Rayu Pemerintah, Triber dari India Mau Produksi Lokal

CNN Indonesia
Selasa, 16 Jul 2019 11:30 WIB
Menurut Maxindo Renault Indonesia, rencana memproduksi lokal Triber sudah sampai ke meja aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.
Renault Triber. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Maxindo Renault Indonesia menjelaskan telah membicarakan skema produksi lokal MPV terbaru Triber di dalam negeri. Pembicaraan itu dikatakan sudah sampai ke meja aliansi prinsipal Renault-Nissan-Mitsubishi.

"Ya kami memang punya rencana CKD (Completely Knock Down) di Indonesia," kata COO Maxindo Renault Indonesia Davy J Tuilan di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan, pada akhir pekan lalu.

Maxindo Renault Indonesia merupakan anak perusahaan grup Nusantara Maxindo yang ditunjuk Renault Asia Pasifik sebagai Agen Pemegang Merek (APM) sejak Januari 2019. Nusantara Maxindo mengambil alih keagenan Renault di dalam negeri dari grup Indomobil bersama anak perusahaannya, Auto Euro Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Triber pertama kali meluncur di India pada 19 Juni 2019, Indonesia menjadi negara kedua yang memperkenalkannya. Triber yang merupakan produk pertama Maxindo Renault Indonesia, merupakan mobil impor dari India.

Menurut Davy, ada kemungkinan produksi lokal Triber di Indonesia memanfaatkan kekuatan aliansi. Di Indonesia, Nissan dan Mitsubishi punya pabrik besar dan bukan tidak mungkin bisa membantu Renault.

"Diskusi sudah, tapi mengenai kapannya belum kami kasih tau. Kenapa? ya harus study juga ya," kata dia.

Pihak Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, sudah diberi tahu soal rencana lokalisasi Triber menurut penjelasan Davy. Upaya produksi lokal bersama investasi merupakan arahan pemerintah yang punya kuasa membatasi impor kendaraan.

"Renault sudah datang ke perindustrian. Ya kami kalau tidak siapin CKD kuota impor bisa dibatasi," ucapnya.

Davy mengatakan CKD juga menjadi usaha meringankan beban perusahaan, sebab disebut biaya impor tidak murah.

"Kami mengerti untuk bersaing dengan lebih heboh ya harus CKD. Dan CBU yang harus dipahami itu ongkos logistik, seperti angkut dari pabrik ke pelabuhan, terus naik ke kapal dan seterusnya," kata Davy. (ryh/fea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER