Dibanding skutik lain di keluarga Yamaha Maxi, Aerox merupakan produk dengan konsep dan desain paling beda. Sepeda motor ini ditunggangi seperti motor sport, seperti mengendarai MX King namun tak perlu tarik pedal kopling dan ganti gigi.
Aerox meluncur perdana pada 2016, namun pada tahun ini Yamaha Indonesia merilis dia kembali dalam wujud generasi terbaru. Desain anyar meliputi sejumlah sentuhan mulai dari estetika, fungsionalitas, hingga penambahan fitur.
Misalnya kini lampu LED terdapat pada bagian depan dan belakangnya, serta ada fitur DRL (Daytime Running Light). Pengendara juga dapat menempuh jarak lebih jauh dari model lama sebab kapasitas tangki bahan bakar membesar menjadi 5,5 liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu tangki yang muat bensin lebih banyak punya konsekuensi, yaitu ruang bagasi menyusut dari 25 liter menjadi 24 liter.
![]() |
Beberapa hari usai peluncurannya, CNNIndonesia.com mendapat kesempatan menjajal Aerox terbaru di dua zona berbeda bersama dengan sejumlah jurnalis otomotif lain dari berbagai media.
Pengetesan pertama yakni di area jalan raya melalui rute Cempaka Putih, Jakarta Pusat ke Sentul, Bogor. Sesi test ride ini dengan menjajal ketangguhannya di sirkuit.
Pada sesi pengetesan saya menggunakan Aerox varian tertinggi seharga Rp29 juta.
![]() |
Lihat juga:Yamaha Aerox Connected, 'Pinjam' Fitur Nmax |
![]() |
Koneksi Ponsel
Salah satu bagian paling anyar pada motor ini yakni fitur koneksi antara Aerox dengan pengguna. Fitur ini sama seperti yang sudah digunakan pada generasi terbaru Nmax.
Fitur konektivitas ini terdiri dari Communication Control Unit (CCU) yang dapat terintegrasi via bluetooth dengan aplikasi ponsel Y-Connect (Yamaha Motorcycle Connect). Aplikasi itu bisa diunduh melalui Playstore pada ponsel berbasis Android.
Saat dicoba, proses menghubungkan motor dengan ponsel tidak terlalu lama, sekitar 10 menit. Kita diminta memasukkan alamat email, kata sandi, lalu verifikasi melalui email yang dicantumkan.
Setelah aplikasi terbuka, masukan nomor rangka yang letaknya ada di bagasi. Jika ingin lebih mudah, pengguna bisa melakukan pemindaian barcode. Barcode terletak pada plastik pembungkus jok saat motor baru turun dari dealer.
Setelah proses selesai, secara otomatis motor dan ponsel terhubung. Pengguna dapat memastikannya melalui indikator bertuliskan 'App' pada dasbor. Jika indikator 'App' itu muncul, sudah pasti ponsel dan motor telah menyambung.
![]() |
Melintasi Aspal
Proses pertama selesai, kini saatnya saya memulai perjalanan sirkuit Sentul, Bogor dari titik awal Cempaka Putih, Jakarta.
Mengingat motor yang saya bawa varian tertinggi, menyalakan kontak Aerox sudah tak memerlukan anak kunci. Saya cuma perlu memutar knop lalu menekan tombol starter.
Saya yang setinggi 184 cm dan berat kurang lebih 105 kg tidak merasa motor ini kekecilan. Aerox diketahui memiliki dimensi panjang 1.980 mm, lebar 700 mm, tinggi 1.150, serta jarak terendah ke tanah 143 mm.
Perjalanan kemudian terus berlanjut sembari meninggalkan ibukota. Rata-rata kecepatan rombongan dalam perjalanan kala itu mungkin sekitar 50 sampai 60 km per jam, namun karena ingin cepat sampai, saya memilih menambah kecepatan.
Tenaga Aerox terbilang cukup buat menggerakkan bobot tubuh saya dengan cepat. Tiap putaran gas dan akselerasi selalu sesuai keinginan. Meski bodi Aerox terlihat gemuk, selap-selip menggunakan motor ini terasa ringan dan terkesan lincah.
Klaim Yamaha, Aerox memiliki performa paling tinggi di kelasnya. Di atas kertas, Aerox dengan mesin 155 cc dapat melepas 15,1 hp pada rpm 8.000 dan torsinya 13,9 nm pada rpm 6.500.
Meski andal soal tenaga, namun saya sedikit tak menyukai karakter suspensi motor ini. Suspensi tabung yang digunakan tak memberi rasa nyaman dan meredam guncangan sehingga terasa keras saat melalui jalan rusak.
Tak terasa perjalanan usai saat saya tiba di sirkuit kecil Sentul, cukup melelahkan karena perjalanan kami lakukan tanpa rehat. Menariknya, karena tersambung dengan Y-Connect, saya bisa melihat riwayat perjalanan seperti jarak tempuh 65,7 km dengan
rata-rata konsumsi bahan bakar 35 km per liter.
Selain informasi seperti itu, pengguna juga bisa mendapatkan notifikasi telepon dan pesan masuk pada dasbor, informasi lokasi parkir terakhir saat terhubung dengan aplikasi, rekomendasi perawatan yang menunjukkan kondisi aki dan oli, sampai peringatan malfungsi.
![]() |
'Rebah' di Sirkuit
Pengetesan tidak berhenti sebatas di jalan raya. Setelah istirahat saya melanjutkan menjajal ketangguhan motor Aerox di lintasan.
Aturan main pengetesan di sirkuit yakni menjalani lima lap. Hanya ada tiga motor yang boleh melintas setiap sesi, setiap motor diberi jeda waktu masuk lintasan sehingga ada jarak aman antara tiga pengendara yang mengelilingi sirkuit sepanjang 1,2 km tersebut.
Memasuki lintasan saya langsung dihadapkan dengan trek lurus. Gas lantas saya buka untuk mengetahui sensasi 'ngebut' menggunakan motor ini. Ternyata cukup mengasyikkan, sebab tenaga yang dihasilkan begitu "nendang" dari putaran bawah hingga atas.
Pada sesi pengetesan trek lurus tersebut saya hanya mencapai kecepatan sekitar 85 km per jam.
Lepas dari trek lurus, sejumlah tikungan yang membutuhkan konsentrasi menanti di depan. Menikung dengan kecepatan tertentu menggunakan motor ini terasa menyenangkan.
Meski terasa keras pada jalanan rusak, namun saat motor diajak menikung, suspensi Aerox ternyata sangat membantu kestabilan. Ditambah lagi ban tapak lebar yang disematkan membuat saya lebih percaya diri melahap tikungan.
Pengereman juga tetap mumpuni saat dipaksa melambatkan laju motor meski roda belakang masih menggunakan rem tromol. Kemudian Fitur antilock braking system (ABS) pada roda depan turut membantu agar mencegah roda terkunci ketika pengereman dilakukan.
![]() |
Catatan
Konsep Aerox yang hadir sebagai skutik sport di Indonesia memang wajib diperhitungkan. Motor ini tidak hanya mengedepankan desain galak dan sporty, namun juga performa dan kecanggihan melalui fitur.
Sejumlah fitur yang kini ada juga punya nilai tambah karena beberapa di antaranya tidak dimiliki oleh kompetitor sekelasnya.
(ryh/fea)