Jakarta, CNN Indonesia --
Relaksasi PPnBM yang sudah diterapkan pemerintah melibatkan banyak produsen mobil di dalam negeri, namun yang paling untung mungkin hanya Toyota. Perlakuan seperti anak emas ini bisa bikin iri, namun mungkin juga dinilai wajar mengingat Toyota adalah penguasa pasar dan sudah banyak berkontribusi investasi.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan retail Toyota pada 2020 sebesar 182.665 unit. Hasil itu anjlok sekitar 44 persen dari pencapaian 2019 yang menyentuh 331.004 unit.
Ambyarnya penjualan Toyota pada tahun lalu sebagian besar dipengaruhi situasi pandemi Covid-19. Meski begitu Toyota tetap penguasa pasar dengan catatan 31,6 persen saat total penjualan retail mobil di Indonesia 578.762 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun ini, mulai 1 Maret, Toyota dan enam produsen mobil lainnya dibantu pemerintah agar bisa lebih banyak jualan dan produksi unit dengan program relaksasi PPnBM untuk mobil produksi di dalam negeri (local purchase komponen minimal 70 persen) bermesin di bawah 1.500 cc.
Ada 21 model yang terlibat dalam relaksasi PPnBM itu, enam di antaranya merek Toyota, yakni Vios, Yaris, Avanza, Rush, Sienta, dan Raize.
Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, menjelaskan, hasil total penjualan mobil semua merek pada Maret bisa naik hingga 140,8 persen karena relaksasi PPnBM.
"Berdasarkan data 21 Maret itu 8.894 unit pembelian mobil dan diperkirakan Maret sendiri ini saja akan meningkat menjadi 29.774 unit yang dibanding Februari hanya 12.365 unit," kata dia.
Pemerintah menilai relaksasi PPnBM itu positif buat industri otomotif di dalam negeri dan baik untuk pemulihan ekonomi. Kemudian relaksasi PPnBM diperluas untuk mobil 1.501-2.500 cc produksi dalam negeri dengan local purchase komponen minimal 60 persen yang akan dimulai pada April.
Pemerintah sejauh ini belum merilis mobil mana saja yang mendapatkan insentif perluasan relaksasi PPnBM, namun yang kemungkinan besar masuk adalah Toyota Fortuner dan Innova.
Honda Prospect Motor yang memproduksi HR-V 1.8L dan CR-V serta Mitsubishi Indonesia yang memproduksi Pajero Sport belum menyatakan secara resmi keterlibatannya dalam perluasan relaksasi PPnBM.
Dua program relaksasi PPnBM membuat total delapan mobil Toyota mendapatkan keuntungan dari pemerintah. Jumlah ini terbanyak dibanding merek lain.
Sejauh ini program relaksasi PPnBM juga sebagian besar diikuti merek Jepang, yakni Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi, dan Nissan. Cuma ada satu perwakilan merek China, yakni Wuling.
Siapa paling untung?
Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai penerapan kebijakan dan syarat yang ditetapkan pemerintah terkait PPnBM belum merata. Malah kata dia cenderung memihak merek-merek besar terutama Toyota.
Bebin bilang hal ini berkaca kriteria relaksasi PPnBM yang ditetapkan pemerintah membuat mobil Toyota paling banyak yang memenuhi syarat.
"Jadi sudah jelas siapa yang paling untung," kata Bebin saat dihubungi, Jumat (26/3).
Bebin juga menjelaskan kriteria relaksasi PPnBM cenderung menyesuaikan kondisi mobil-mobil produksi Toyota di Tanah Air, terutama soal kandungan lokal.
"Ya memang ini sangat kelihatan siapa yang mengajukan, dan dibuat kriteria yang memang menguntungkan. Jadi ngepas-ngepasin," ucap dia.
Dianggap wajar
Namun begitu Bebin menilai gelagat pemerintah condong ke Toyota bisa jadi hal wajar, mengingat Toyota merupakan memegang pangsa pasar penjualan mobil terbesar di Indonesia.
Toyota dipandang sebagai kontributor penjualan mobil paling besar untuk urusan pemasukan negara. Tak hanya itu, investasi Toyota di Indonesia juga tidak terbilang sedikit.
Pada 2018, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono pernah mengatakan investasi yang sudah terealisasi di Tanah Air berjumlah Rp22,9 triliun.
Selain itu Toyota juga hendak mengucurkan dana tambahan untuk mobil ramah lingkungan di Indonesia dengan investasi Rp28,3 triliun.
"Ya masalahnya gini perusahaan besar, kontribusi pajak besar, jadi ya tentunya permintaannya suaranya ya didengar. Kemudian dengan dalih supaya industri jalan, dan jangan sampai ada PHK [pemutusan hubungan kerja]. Tapi ujungnya dari stok yang begitu banyak bisa keluar [terjual karena relaksasi PPnBM]," kata dia.
Bebin mengatakan pemerintah seharusnya bisa lebih menyesuaikan aturan dengan keadaan produsen lain sehingga mereka juga dapat menikmati relaksasi PPnBM.
"Ya kan ada juga merek lain yang sudah punya pabrik dan produksi di Indonesia tapi belum sebesar Toyota. Tapi kan mereka juga punya karyawan dan pabrik sehingga harus tetap beroperasi. Lalu untuk yang mesin 2.500 cc, mungkin hanya Innova dan Fortuner yang akan dapat," ungkapnya.
Tak selalu untung
Berbeda dari Bebin, pengamat otomotif Johnny Darmawan menilai penguasa pasar bisa jadi malah buntung dengan penerapan relaksasi PPnBM.
Johnny menjelaskan aturan relaksasi PPnBM dimulai Maret, saat itu berlaku produsen dikatakan telah memiliki banyak stok menumpuk hasil produksi bulan-bulan sebelumnya, misalnya Januari dan Februari, bahkan sisa stok 2020.
Sayangnya kata Johnny stok unit yang menumpuk tersebut tidak bisa kena diskon PPnBM sebab sudah dikirim dari pabrik ke dealer dengan tarif PPnBM.
"Tapi belum tentu nikmati, bisa juga paling banyak rugi karena stok yang dulu bagaimana. Jadi menurut saya dilematis. Tapi ambil positif supaya pabrik tetap jalan," kata Johnny.
"Ya perusahaan kecil mungkin sedikit stok, dan perusahaan gede bisa lebih gede karena stoknya banyak. Ya ruginya juga banyak bisa saja," sambung Johnny yang juga menjabat Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu.
2.500 Cc menarik menurut Toyota
Wakil Presiden Direktur TAM Henry Tanoto mengatakan dalam siaran resmi Kementerian Perindustrian, relaksasi PPnBM untuk mobil baru di bawah 1.500 cc sudah memperlihatkan dampak positif.
Henry menyebut jaringan dealer Toyota sudah banyak menerima pesanan transaksi penjualan pada Maret.
Misalnya Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) Avanza disebut naik 130 persen pada Maret dibanding Februari. Sementara Vios, satu-satunya sedan yang dapat fasilitas relaksasi PPnBM, naik 500 persen dibanding Maret 2020.
Peningkatan itu dijelaskan sudah membuat pangsa pasar Toyota meningkat sampai sekitar 32 persen.
Henry mengatakan perluasan relaksasi PPnBM buat mobil baru 1.501 - 2.500 cc menarik.
"Sebab aturan relaksasi pada mobil sampai 1.500 cc memberikan dampak penjualan bagus. Sehingga perluasan aturan bagi kendaraan penumpang hingga 2.500 cc akan semakin menarik," tutup Henry.