Namun begitu Bebin menilai gelagat pemerintah condong ke Toyota bisa jadi hal wajar, mengingat Toyota merupakan memegang pangsa pasar penjualan mobil terbesar di Indonesia.
Toyota dipandang sebagai kontributor penjualan mobil paling besar untuk urusan pemasukan negara. Tak hanya itu, investasi Toyota di Indonesia juga tidak terbilang sedikit.
Pada 2018, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono pernah mengatakan investasi yang sudah terealisasi di Tanah Air berjumlah Rp22,9 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu Toyota juga hendak mengucurkan dana tambahan untuk mobil ramah lingkungan di Indonesia dengan investasi Rp28,3 triliun.
"Ya masalahnya gini perusahaan besar, kontribusi pajak besar, jadi ya tentunya permintaannya suaranya ya didengar. Kemudian dengan dalih supaya industri jalan, dan jangan sampai ada PHK [pemutusan hubungan kerja]. Tapi ujungnya dari stok yang begitu banyak bisa keluar [terjual karena relaksasi PPnBM]," kata dia.
Bebin mengatakan pemerintah seharusnya bisa lebih menyesuaikan aturan dengan keadaan produsen lain sehingga mereka juga dapat menikmati relaksasi PPnBM.
"Ya kan ada juga merek lain yang sudah punya pabrik dan produksi di Indonesia tapi belum sebesar Toyota. Tapi kan mereka juga punya karyawan dan pabrik sehingga harus tetap beroperasi. Lalu untuk yang mesin 2.500 cc, mungkin hanya Innova dan Fortuner yang akan dapat," ungkapnya.
Berbeda dari Bebin, pengamat otomotif Johnny Darmawan menilai penguasa pasar bisa jadi malah buntung dengan penerapan relaksasi PPnBM.
Johnny menjelaskan aturan relaksasi PPnBM dimulai Maret, saat itu berlaku produsen dikatakan telah memiliki banyak stok menumpuk hasil produksi bulan-bulan sebelumnya, misalnya Januari dan Februari, bahkan sisa stok 2020.
Sayangnya kata Johnny stok unit yang menumpuk tersebut tidak bisa kena diskon PPnBM sebab sudah dikirim dari pabrik ke dealer dengan tarif PPnBM.
"Tapi belum tentu nikmati, bisa juga paling banyak rugi karena stok yang dulu bagaimana. Jadi menurut saya dilematis. Tapi ambil positif supaya pabrik tetap jalan," kata Johnny.
"Ya perusahaan kecil mungkin sedikit stok, dan perusahaan gede bisa lebih gede karena stoknya banyak. Ya ruginya juga banyak bisa saja," sambung Johnny yang juga menjabat Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu.
Wakil Presiden Direktur TAM Henry Tanoto mengatakan dalam siaran resmi Kementerian Perindustrian, relaksasi PPnBM untuk mobil baru di bawah 1.500 cc sudah memperlihatkan dampak positif.
Henry menyebut jaringan dealer Toyota sudah banyak menerima pesanan transaksi penjualan pada Maret.
Misalnya Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) Avanza disebut naik 130 persen pada Maret dibanding Februari. Sementara Vios, satu-satunya sedan yang dapat fasilitas relaksasi PPnBM, naik 500 persen dibanding Maret 2020.
Peningkatan itu dijelaskan sudah membuat pangsa pasar Toyota meningkat sampai sekitar 32 persen.
Henry mengatakan perluasan relaksasi PPnBM buat mobil baru 1.501 - 2.500 cc menarik.
"Sebab aturan relaksasi pada mobil sampai 1.500 cc memberikan dampak penjualan bagus. Sehingga perluasan aturan bagi kendaraan penumpang hingga 2.500 cc akan semakin menarik," tutup Henry.
(ryh/fea)