Toyota Astra Motor (TAM) belum menurunkan harga per April untuk Fortuner dan Innova lantaran regulasi relaksasi PPnBM untuk mobil 1.501-2.500 cc belum terbit dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Pada relaksasi PPnBM untuk mobil di bawah 1.500 cc yang berlaku mulai Maret, para Agen Pemegang Merek (APM) merevisi harga mobil-mobil yang masuk kriteria setelah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 Tahun 2021 dirilis diundangkan dan berlaku mulai 26 Februari 2021.
Lihat juga:Drama Relaksasi PPnBM, Siapa Paling Untung? |
"Kami masih menunggu PMK," kata Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor Anton Jimmy melalui pesan singkat, Kamis (1/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anton bilang pihaknya baru dapat mengumumkan daftar harga baru jika PMK itu telah rilis. Ia berharap aturan itu dapat terbit hari ini sehingga tiap dealer Toyota di Tanah Air dapat langsung melakukan menyesuaikan harga.
Innova dan Fortuner diprediksi masuk ke dalam kriteria penerima diskon 50 persen dari program relaksasi PPnBM untuk mobil 1.501-2.500 cc. Kedua mobil ini diproduksi lokal dengan local purchase paling sedikit 60 persen sesuai salah satu syarat yang ditetapkan pemerintah.
"Saya harap today ada PMK, jadi langsung bisa price list-nya resmi di-issue oleh dealers," ucap Anton.
Diskon PPnBM 50 persen bagi mobil di atas 1.500 cc- 2.500 cc sebelumnya dikatakan pemerintah akan berlaku hari ini 1 April 2020.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang pada Rabu kemarin (31/3) juga sudah memastikan relaksasi PPnBM akan diperluas mulai hari ini.
Sebelumnya diketahui bila relaksasi PPnBM hanya berlaku bagi mobil dengan mesin maksimal 1.500 cc sejak 1 Maret hingga 31 Desember 2021.
"Mulai 1 April besok, relaksasi tersebut akan diperluas sampai dengan kapasitas mesin 2.500 cc," kata Agus.
Agus mengklaim hingga akhir Maret 2021, telah terjadi peningkatan penjualan cukup signifikan untuk kendaraan roda empat dengan kapasitas mesin sampai 1.500 CC, yaitu sekitar 140 persen dari penjualan bulan Februari 2021 imbas dari relaksasi PPnBM.
"Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi pemulihan sektor industri otomotif yang memiliki multiplier effect yang cukup luas bagi sektor industri lainnya, sehingga pada akhirnya akan mampu men-jumpstart perekonomian nasional," kata Agus.
(ryh/fea)