Michelin mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui berapa lama ban itu akan bertahan. Pengemudi harus memeriksa ban maksimal lima tahun. Ban tanpa udara disebut bertahan sekitar tiga kali lebih lama dari ban konvensional.
Michelin berharap tapak ban bisa bertahan dua hingga tiga kali lebih lama dari ban konvensional. Sebab, pengemudi bisa mengganti karet tapak di sekitar lingkar luar ban saja jika ban sudah aus. Hal ini berbeda dari ban konvensional yang mengharuskan seluruh bagian ban diganti saat tapak ban aus, seperti dikutip Clean Technica.
Sehingga, pengemudi disebut tidak perlu membawa ban serep selama perjalanan. Klaim lain dari pabrikan bila ban seperti ini juga ramah lingkungan sebab material yang digunakan dapat didaur ulang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keuntungan menggunakan ban tanpa udara cukup jelas. Pengendara tidak akan pernah bisa dihentikan oleh kebocoran ban. Ban ini tidak akan mengalami masalah jika tertembus paku atau benda tajam lainnya sebab memang dirancang tanpa udara sehingga tak mungkin kempis.
Michelin mengatakan sekitar 200 juta ban setiap tahun berakhir di tempat pembuangan sampah lebih awal lantaran bocor ban. Ban tanpa udara diklaim memiliki masa pakai yang lama, sehingga tak menghasilkan banyak limbah, menurut laporan Motor Biscuit.
Lihat Juga : |
Rongga pada ban dapat diatur untuk memenuhi karakteristik yang diinginkan. Anda dapat menyetel kaku atau lenturnya ban secara individual di bawah gaya akselerasi, pengereman, menikung, dan penanganan benturan. Karakteristik ban terhadap benturan bahkan dapat disetel untuk kebutuhan suspensi di beberapa jenis kendaraan.
Dikutip Auto Blog, ban tanpa udara didesain menyatu dengan pelek. Sehingga, bagian velg dan ban disebut menjadi sebuah kesatuan yang tak bisa diganti.
Meskipun ban tanpa udara menjadi terobosan teknologi otomotif, ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan. Masalah estetika menjadi pertimbangan yang menjadi risiko kemajuan teknologi ban tersebut.