DPR Sindir Ambisi RI Jadi Produsen Baterai tapi Masih Impor Lithium

CNN Indonesia
Selasa, 22 Nov 2022 20:00 WIB
Menurut anggota DPR RI Komisi VII bahan baku baterai yang lebih penting dari nikel adalah lithium.
Foto: Arsip Wuling
Jakarta, CNN Indonesia --

DPR RI menyindir ambisi pemerintah yang ingin menjadi produsen baterai lithium untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKB Syaikhul Islam mengatakan seharusnya bukan nikel yang diandalkan pemerintah Indonesia, tapi keberadaan lithium.

"Terkait ambisi kita jadi produsen baterai lithium terbesar di dunia, yang kita banggakan itu, dengan bermodalkan nikel saja, itu saya kira tidak tepat," kata Syaikhul dalam rapat kerja bersama Kementerian ESDM, Senin (21/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena justru yang lebih penting dari bahan baterai itu lithium yang kita enggak punya," tuturnya menambahkan.

Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Presiden Joko Widodo ingin menjadikan modal ini untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.

Menurut Syaikhul sampai saat ini Indonesia masih mengimpor lithium dan belum memiliki tambang mineral tersebut. Ia lantas menyatakan ada potensi lithium di kawasan Lumpur Lapindo, Sidoarjo.

"Saya ingin tegaskan, di tempat saya, ada potensi lithium. Di mana? Di Lumpur Lapindo. Saya ingin kutip statement Kepala Badan Geologi ESDM, kalau di Lumpur Lapindo di Sidoarjo ada potensi dua mineral berharga, yaitu lithium dan stronsium," tuturnya.

Beda baterai lithium dan nikel

Lithium adalah material umum digunakan untuk pembuatan baterai, namun bukan satu-satunya. Mengutip laman resmi Nissan Indonesia, jenis baterai mobil elektrifikasi tergantung teknologi yang diterapkan.

Baterai kendaraan listrik terpopuler dan paling banyak digunakan adalah lithium-ion (Li-ion).

Baterai Li-ion memiliki rasio daya terhadap berat yang sangat tinggi. Baterai ini memiliki efisiensi energi tinggi dengan performa pada suhu tinggi yang juga bagus.

Baterai Li-ion juga memiliki rasio energi yang lebih besar per berat.

Baterai Li-ion dapat mengisi daya lebih cepat, bertahan lebih lama, serta memiliki kepadatan daya lebih tinggi. Semakin kecil bobot baterai, semakin jauh jarak yang bisa ditempuh mobil listrik dalam sekali pengisian daya.

Sementara, baterai nikel atau Nickel-metal hydride (NiMH) lebih banyak digunakan oleh kendaraan elektrifikasi seperti hybrid (HEV) yang tak mendapatkan pasokan energi dari luar. Pengisian baterai kendaraan hybrid dibantu kecepatan mesin, roda dan pengereman regeneratif.

Baterai ini memiliki kelebihan utama memiliki siklus hidup atau usia pakai yang lebih lama daripada baterai Li-ion.

Sementara, kekurangan terbesar baterai NiMH adalah harganya relatif mahal, tingkat self-discharge yang tinggi dan menghasilkan panas signifikan.

Kekurangan itu membuat NiMH kurang efektif sebagai baterai mobil listrik yang baterainya harus bisa diisi ulang dari luar sistem, seperti dari jaringan PLN.

Sementara, perbedaan mencolok antara Li-ion dan NiMH adalah bahan yang digunakan untuk menyimpan dayanya.

Baterai Li-ion terbuat dari karbon dan lithium yang dapat menyimpan banyak energi. Sedangkan, baterai NiMH menggunakan hidrogen untuk menyimpan energi, dengan nikel dan logam lain seperti titanium menjaga tutup ion hidrogen.

(dmr/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER