Apa Itu Bahan Bakar Sintetis eFuel Penyelamat Mobil dari Kepunahan?
Bahan bakar sintetis atau eFuel telah menyelamatkan kendaraan pembakaran dalam (Internal Combustion Engine/ICE) dari kepunahan di Eropa dan kemungkinan di seluruh dunia. Lantas apa itu eFuel dan mengapa bisa membuat kendaraan ICE disebut lebih ramah lingkungan?
Beda dari bahan bakar minyak (BBM) yang dikeluarkan dari perut Bumi, eFuel diciptakan dari bahan-bahan yang ada di permukaan Bumi seperti udara dan air.
eFuel dibuat dari ekstraksi air melalui proses elektrolisis yang kemudian menghasilkan hidrogen dan oksigen.
Kemudian proses keduanya adalah diolah menggunakan Fischer-Tropsch synthesis, yaitu mencampur hidrogen dengan CO2 dari udara, kemudian dikonversi menjadi cairan pembawa energi hidrokarbon yang dinamakan eFuel.
eFuel diproduksi menggunakan listrik, yang bisa berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti kincir angin atau panel surya, jadi secara proses lebih hijau ketimbang BBM.
Hal fundamental paling signifikan membedakan BBM dan eFuel adalah proses produksi BBM mengambil CO2 dari perut Bumi kemudian dilepaskan ke permukaan Bumi sehingga jumlah CO2 bertambah di permukaan Bumi.
Sedangkan eFuel diproduksi menggunakan CO2 yang sudah ada di permukaan Bumi jadi dianggap tak menambah jumlah CO2.
Menurut eFuel Alliance, eFuel bisa digunakan untuk BBM bensin dan diesel, bahkan dikatakan dapat menggantikannya. eFuel juga disebut bisa dicampur dengan BBM bensin dan diesel dalam rasio apa pun jadi aplikasinya bisa bermacam-macam.
Selamat di Eropa
Beberapa tahun lalu Uni Eropa sudah mengajukan proposal yang melarang penjualan kendaraan ICE mulai 2035. Hal ini tujuannya agar mengurangi 100 persen CO2 dari kategori penjualan kendaraan baru dan meningkatkan adopsi kendaraan listrik.
Proposal itu mendapat banyak dukungan tetapi juga penolakan, terutama dari Jerman dan Italia, negara dengan industri otomotif raksasa.
Namun pada pekan ini Uni Eropa telah mencapai kesepakatan dengan Jerman yang meminta kendaraan baru masih tetap bisa dijual setelah 2035 dengan syarat memakai eFuel.
"Vehicle dengan mesin pembakaran dalam juga bisa diregistrasi baru setelah 2035 jika hanya menggunakan bahan bakar netral CO2," kata Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing.
Integrasi eFuel ke rencana regulasi Uni Eropa tentang pengurangan emisi dari transportasi dapat membuat manufaktur seperti Porsche, Ferrari dan Lamborghini unggul.
Khususnya Porsche yang sudah mengembangkan teknologi eFuel dalam beberapa tahun terakhir dan menanamkan modal hingga US$75 juta untuk perusahaan Chili, Highly Innovative Fuels (HIF).
HIF mulai mengoperasikan pabrik Haru Oni di Chili pada Desember 2022, menghasilkan 130 ribu liter e-methanol untuk mobil balap Porsche di Mobil 1 Supercup, diberitakan Autocar.