Bagi sebagian orang ban vulkanisir bisa menjadi alternatif ban saat mudik lebaran 2023. Ban ini dianggap lebih murah daripada harus membeli ban baru.
Ban vulkanisir sebetulnya adalah ban bekas yang dilapisi karet agar terlihat seperti ban baru. Namun demikian, ternyata ada bahaya yang mengintai dalam pemakaian ban ini.
Dari bentuknya mungkin tidak akan terlihat berbeda. Namun, yang perlu diingat adalah ban vulkanisir merupakan ban orisinal yang alur atau kembangnya sudah gundul atau menipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Jika tetap digunakan, maka ban jenis ini rentan mengalami pecah ban, selip, dan berujung kecelakaan.
Seperti pada umumnya, tingkat ketahanan ban vulkanisir juga beragam. Secara rata-rata ban jenis ini mempunyai usia sekitar 80 persen dari ban baru.
Jadi misal ban baru memiliki usia pakai 100 ribu km, maka tingkat ketahanan ban vulkanisir kira-kira setara 80 ribu km. Hal ini membuat banyak pengemudi tergoda memakai ban jenis ini, karena selain usia ketahanan ban vulkanisir yang cukup kuat juga karena tergiur harga murah.
Selain kemungkinan pecah dan selip ban, ada juga risiko lain yang mengancam pengemudi pengguna ban vulkanisir.
Pertama, ban meledak. Risiko ini akibat kondisi tapak ban yang diukir kembali dapat menyebabkan permukaan ban semakin tipis dan rentan bocor bahkan sobek.
Jika diberi tekanan angin yang tidak sesuai, dikhawatirkan ban akan mudah meledak.
Lihat Juga : |
Kedua, traksi rendah. Ban vulkanisir memiliki daya cengkeram pada permukaan aspal kering yang rendah.
Memakai ban ini bisa menimbulkan risiko rem menjadi tidak pakem, melorot di tanjakan dan potensi kecelakaan lalu lintas lainnya.
Ketiga, ban vulkanisir juga mudah tergelincir. Kondisi ini terjadi jika lem atau jahitan pada tapak ban terkelupas.
Akibatnya, mobil akan sulit dikendalikan dalam kecepatan tertentu dan risiko terbesarnya adalah tergelincir utamanya saat melewati jalan menikung.