Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai pernyataan calon presiden Anies Baswedan soal insentif mobil listrik salah kaprah.
Yannes menyatakan pemberian insentif mobil listrik justru memberi sejumlah manfaat bagi. Terlebih saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah transisi menuju kendaraan ramah lingkungan untuk menekan jumlah emisi karbon.
"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik bisa memiliki beberapa manfaat, di antaranya mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik," kata Yannes saat dihubungi, Kamis (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia mengatakan pemberian subsidi juga dapat membuat kendaraan listrik lebih terjangkau dan mengurangi hambatan finansial bagi konsumen yang ingin membeli kendaraan listrik.
Hal ini dapat meningkatkan minat konsumen terhadap kendaraan listrik dan pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik.
Selain itu, pemberian insentif juga bisa meningkatkan investasi dalam produksi kendaraan listrik. Menurut Yannes pemberian subsidi juga dapat mendorong produsen untuk mengembangkan teknologi kendaraan listrik dan meningkatkan investasi dalam produksi kendaraan listrik.
"Hal ini dapat membantu mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam jangka panjang dan dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor otomotif," ungkapnya.
Yannes juga menyoroti pernyataan Anies yang menyebut emisi kendaraan listrik lebih tinggi dari bus konvensional. Menurutnya kendaraan listrik menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bertenaga bahan bakar fosil.
"Oleh karena itu, pemberian subsidi untuk kendaraan listrik dapat membantu mengurangi emisi karbon dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim sesuai kesepakatan internasional paris agreement yang sudah diteken pemerintah Indonesia tahun 2015," ujarnya.
Di sisi lain, Yannes mengatakan pemberian subsidi mobil listrik juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ia meyakini hal ini dapat membantu memperkuat ketahanan energi nasional dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan.
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa pemberian subsidi dapat meningkatkan kualitas udara. Pasalnya, kendaraan bertenaga bahan bakar fosil merupakan sumber utama polusi udara di kota-kota besar di Indonesia.
"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik dapat membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara di kota-kota besar, yang dapat memiliki dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Yannes juga berpendapat bahwa pemberian insentif mobil listrik juga bisa memperkuat citra Indonesia sebagai negara ramah lingkungan. Hal ini dapat memiliki dampak positif pada pariwisata dan investasi asing, dan dapat membantu memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain yang juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.
Di sisi lain, pemberian insentif mobil listrik juga bisa menumbuhkan investasi pabrik baterai di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia merupakan penghasil 23 persen nikel dunia.
"Dengan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia, negara ini memiliki potensi besar untuk menjadi produsen bahan baku hingga produk hilir untuk baterai kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat di dunia. Dengan menumbuhkan industri baterai di Indonesia, akan ada potensi peningkatan investasi asing dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor manufaktur," ungkap Yannes.
"Selain itu, mengembangkan industri baterai di Indonesia juga dapat membantu mengurangi ketergantungan negara pada impor baterai dari negara lain dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia," imbuhnya.
Yannes juga mengingatkan kendaraan listrik memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bertenaga bahan bakar fosil, termasuk kendaraan diesel. Bahkan jika mempertimbangkan emisi dari pembangkit listrik yang digunakan untuk menghasilkan listrik yang digunakan oleh kendaraan listrik, total emisi karbon dari EV masih lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan diesel.
Sebelumnya, Anies menyinggung soal pemberian subsidi pembelian mobil listrik dari pemerintah bukan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan.
Ia mengatakan pemerintah seharusnya lebih dulu membenahi sektor transportasi umum. Anies mengklaim jejak karbon seseorang saat menggunakan kendaraan pribadi listrik lebih tinggi ketimbang angkutan umum mesin konvensional.
"Kalau kami hitung apalagi ini, contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," kata Anies.