Perusahaan taksi terbesar di dalam negeri, Blue Bird, sudah mulai menjual mobil listriknya ke publik. Strategi ini sebelumnya sudah digunakan Blue Bird pada setiap armadanya bermesin konvensional setelah digunakan selama kurang lebih lima tahun.
Blue Bird mulai menggunakan mobil listrik sebagai taksi pada April 2019. Saat itu ada dua model yang dipakai yaitu MPV listrik asal China, BYD e6, sebagai taksi reguler dan SUV Tesla Model X 75D untuk Silverbird.
Pada tahap awal disediakan e6 sebanyak 25 unit dan lima unit Model X. Blue Bird sempat menyatakan ingin menambah ratusan, bahkan sampai ribuan unit mobil listrik untuk taksi tetapi ditunda karena pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Adrianto Djokosoetono menjelaskan harga mobil listrik bekas pakai yang dijual sekitar Rp400 jutaan. Walau begitu dia tak menyebut spesifik model apa yang dijual.
"Kayaknya Rp 400 juta. Iya itu lima tahun paling lama dan tahun keenam harus dijual. Itu policy perusahaan aja, tidak dalam kondisi kenapa-kenapa," ucap Adrianto, diberitakan detik, Senin (17/7).
Menurut Adrianto penjualan mobil listrik bekas ini bakal ramai terlihat tahun depan. Saat itu mobil listrik yang dibeli pada 2019 sudah digunakan genap lima tahun.
"Karena kita 2019 banyaknya mulai banyak (beli mobil listrik). Jadi tahun depan mulai banyak terlihat jumlah yang dijual, merek apa. Kalau yang dijual sekarang 1-5 unit lah yang kita memang beli di awal. Belum lima tahun sebenarnya," jelas dia.
Pada tahun lalu, pejabat direktur utama Blue Bird sebelumnya, Sigit Djokosoetono, mengungkap sudah menyiapkan anggaran belanja sekitar Rp1,2 triliun buat membeli 5.000 armada baru dan peremajaan, termasuk pengadaan 500 mobil listrik.
Adrianto mengonfirmasi 500 unit itu tetapi dikatakan perusahaan tak mau buru-buru dalam pengadaan mobil listrik karena dikatakan industri ini baru berkembang.
"Kita percaya EV baru berkembang, kita juga menunggu momentum. Kita juga tidak mau terburu buru. Alhamdulillah sudah approve 500 unit. Kita sebagai manajemen tidak mau terburu buru 500 di-approve terus langsung abisin. Kita tetap memperhatikan financial stability, sustainability dari produk. Jadi kita lakukan bertahap," papar Adrianto.
(fea)