Semua Mobil Listrik BYD di RI Pakai LFP, Janji Pelajari Gunakan Nikel

CNN Indonesia
Senin, 22 Jan 2024 15:31 WIB
BYD, produsen mobil listrik baru masuk Indonesia, mengatakan mempertimbangkan nikel Indonesia untuk dijadikan bahan baku baterai.(AFP/BAY ISMOYO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tiga model mobil listrik Build Your Dream (BYD) di Indonesia tak pakai katoda nikel atau nickel-cobalt-manganese (NCM). Ketiga model itu, Atto 3, Dolpin dan Seal memakai LFP (Lithium Ferro-Phosphate).

BYD memiliki teknologi baterai LFP yang disebut sebagai Blade Battery. Bahan baku utamanya tak menggunakan nikel sebagai komponen utama, melainkan besi dan litium.

Blade Battery LFP dikembangkan dari sel-sel tunggal yang disusun dalam sebuah kemasan baterai. Struktur itu diklaim lebih optimal sehingga membuat pemanfaatan ruang meningkat lebih dari 50 persen dibanding jenis baterai LFP konvensional.

Selain itu teknologi Blade Battery LFP ini juga diklaim punya usia pakai hingga seumur hidup atau lifetime dengan jarak tempuh sampai 1,2 juta kilometer.

Prinsipal BYD di China juga diketahui memasok baterai LFP ke produsen mobil listrik Amerika Serikat, Tesla. Salah satunya digunakan Tesla untuk Model Y.

Cari cara manfaatkan nikel

BYD yang pekan lalu mengumumkan operasi bisnisnya di Indonesia pernah menyebut pihaknya masih mempertimbangkan sumber daya nikel di Indonesia untuk dijadikan bahan baku baterai mobil listrik.

General Manager BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang di hari pengumuman mengatakan tiga model yang diluncurkan ke pasar dalam negeri, yaitu BYD Atto 3, Dolpin, dan Seal-memakai LFP.

"Kami mengetahui Indonesia memiliki banyak nikel, dan BYD mengupayakan supaya bisa menggunakan sumber bahan baku nikel di Indonesia," kata dia di Jakarta, Kamis (18/1).

Dia mengatakan BYD perusahaan yang lahir dari bisnis baterai untuk berbagai kebutuhan. Perusahaan memilih LFP karena dinilai sangat aman dan optimal.

Xueliang mengatakan BYD akan mencari tahu lebih dalam dengan analisa pasar untuk mendukung pengembangan bisnis di Indonesia.

Namun ia belum bisa memastikan apakah baterai berbasis nikel cocok digunakan pada produk kendaraan listrik BYD atau tidak.

Tetapi perusahaan mengklaim akan berkomitmen membentuk ekosistem hijau di Indonesia. Sehingga tidak hanya berjualan dan memproduksi mobil saja.

BYD menyusul para produsen asal China, yakni DFSK, Wuling, Neta dan MG yang sudah hadir lebih dulu di dalam negeri. Mobil-mobil listrik dari setiap merek China itu diketahui tak ada satu pun yang memakai baterai berbasis nikel.

Menteri Koordinator Airlangga Hartarto mengungkap BYD menggelontorkan nilai investasi sebesar US$1,3 miliar atau setara Rp20,33 triliun di Indonesia.

(can/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK